Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Ekspor Pakaian dan Alas Kaki RI ke AS Capai Rp 31,7 T hingga Maret 2025
21 April 2025 14:25 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Ekspor produk tersebut meliputi komoditas Alas Kaki (HS 64) senilai USD 657,9 juta, Pakaian dan Aksesorinya berupa rajutan (HS 61) sebesar USD 629,25 juta, dan Pakaian dan Aksesorinya bukan rajutan (HS 62) sebesar USD 568,46 juta.
Ketiga komoditas itu menempati urutan terbesar porsi ekspor Indonesia ke AS setelah Mesin dan Perlengkapan Elektrik (HS 85) selama Januari-Maret 2025 yang mencapai USD 1.220,35 juta.
Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, mengatakan AS merupakan negara tujuan utama ekspor komoditas pakaian dan alas kaki Indonesia, baik itu HS 64, HS 61, maupun HS 62.
"Dari seluruh ekspor pakaian dan aksesorisnya yang berupa rajutan HS 61, pangsa ekspor kita ke AS adalah yang tertinggi yaitu sebesar 63,40 persen disusul dengan ekspor barang yang sama ke Jepang dan Korea Selatan," jelasnya saat konferensi pers di kantor BPS, Senin (21/4).
Kemudian untuk pakaian dan aksesoris yang bukan rajutan (HS 62), pangsa pasar ekspor Indonesia ke AS adalah sebesar 42,96 persen disusul oleh Jepang dan kemudian ke Korea Selatan.
ADVERTISEMENT
Terakhir untuk alas kaki (HS 64), ekspor Indonesia ke AS memberikan pangsa sebesar 34,16 persen dari total ekspor alas kaki yang disusul ke negara tujuan ekspor lainnya yaitu Belanda, Belgia, Jepang dan China.
Amalia menjelaskan, negara selain AS yang menjadi pasar Indonesia untuk komoditas tekstil dan produk tekstil pada periode Januari-Maret 2025, pertama adalah Jepang dengan nilai ekspor USD 261,7 juta.
Selanjutnya Korea Selatan dengan nilai ekspor USD 165,4 juta dan China dengan nilai ekspor tekstil dan produk tekstil sebesar USD 109,4 juta.
"Kemudian untuk komoditas alas kaki, selain kita ekspor ke AS, negara kedua, ketiga, dan keempat yang terbesar adalah Belanda sebesar USD 160,8 juta, lalu kemudian Belgia USD 149,3 juta, dan Tiongkok USD 114,1 juta," tutur Amalia.
Sebelumnya, Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan saat ini ekspor produk andalan Indonesia ke Amerika Serikat (AS) seperti tekstil hingga udang sudah kalah saing karena terkena tarif impor tambahan 10 persen.
ADVERTISEMENT
Indonesia dikenakan tarif impor resiprokal 32 persen. Namun, Presiden AS Donald Trump mengumumkan perang tarif ke 75 negara ditunda pada Rabu (8/4) selama 90 hari. Meski begitu, Trump tetap menerapkan tarif impor sebesar 10 persen, termasuk ke Indonesia.
"Sekarang untuk produk ekspor utama Indonesia seperti garmen, alas kaki, tekstil, furniture, dan udang, menjadi produk yang Indonesia mendapatkan tarif bea masuk lebih tinggi dibandingkan beberapa negara bersaing, baik dari ASEAN maupun non-ASEAN negara Asia yang lain," ungkap Airlangga saat konferensi pers virtual, Jumat (18/4).
Airlangga menuturkan, sebelum ada tarif impor tambahan, rata-rata bea masuk yang dikenakan AS terhadap produk Indonesia khusus untuk produk tekstil dan garmen berkisar antara 10 persen sampai dengan 37 persen.
ADVERTISEMENT
Dengan diberlakukannya tambahan tarif 10 persen, maka tarif impor produk-produk Indonesia tersebut menjadi naik mulai dari 20 persen (10+10 persen) hingga 47 persen (10+37 persen).