ESDM Ungkap Dugaan Penyebab Tumpahan Minyak Pertamina di Karawang

14 Januari 2020 18:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pertamina isolasi tumpahan minyak di sekitar anjungan. Foto: Dok. Pertamina
zoom-in-whitePerbesar
Pertamina isolasi tumpahan minyak di sekitar anjungan. Foto: Dok. Pertamina
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kementerian ESDM mengungkapkan dugaan penyebab tumpahan minyak dari Sumur YYA-1 di sekitar Anjungan Lepas Pantai YY Area milik PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) di Pantai Utara Jawa, Karawang, Jawa Barat. Tumpahan minyak terjadi sejak Juli 2019.
ADVERTISEMENT
Direktur Teknik dan Lingkungan Ditjen Minyak dan Gas Kementerian ESDM, Adhi Wibowo mengatakan, penyebab gelembung gas dan tumpahan minyak karena ada ledakan prematur. Ledakan ini merusak pipa bor dan lapisan tanah sehingga anjungan miring.
"Alhamdulillah sudah selesai, sudah tiga bulan baru tim bekerja untuk investigasi. Sudah jelas terjadi ledakan prematur yang seharusnya terjadi di 6.600 feet eh terjadi di 700. Ini kan dekat permukaan," kata dia dalam konferensi pers di Gedung Migas, Jakarta, Selasa (14/1).
Meski begitu, Adhi menyebut penyebab ledakan prematur itu masih belum jelas. Pihaknya masih melakukan investigasi untuk mencari tahu penyebab ledakan prematur yang menyebabkan tumpahan minyak menyeruak hingga pantai dan rumah warga.
Warga mengumpulkan limbah tumpahan minyak "Oil Spill" yang tercecer milik Pertamina di Pesisir Pantai Cemarajaya, Karawang, Jawa Barat, Rabu (24/7). Foto: ANTARA FOTO/M Ibnu Chazar
Karena itu, tim investigasi migas yang dibentuk masih berjalan. Dia menargetkan hasil investigasi bisa didapat dalam satu bulan ke depan.
ADVERTISEMENT
"Kita masih menyelidiki kenapa ini (ledakan) prematur. Bisa jadi ada tekanan sehingga men-trigger gun firing ini. Kita masih selidiki sehingga belum final tapi tadi dipastikan terjadi," kata dia.
Kata Adhi, tim investigasi yang terdiri dari beberapa pihak termasuk praktisi, akademisi, pelaku industri migas, itu sudah mengkonfirmasi adanya ledakan prematur pada Desember 2019. Dia berharap kejadian ini tak terulang lagi lantaran berdampak pada pengeluaran besar pada Pertamina.
"Sebelumnya menduga tapi Desember sudah pasti 6.600 feet untuk ambil gas," ujarnya.