Gapki Nilai Ambisi Bahlil Tambah 300 Ribu Ha Lahan Sawit untuk B60 Susah Dicapai

5 September 2024 20:13 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono di kawasan Rasuna Said, Jakarta Selatan, Kamis (5/9/2024).  Foto: Widya Islamiati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono di kawasan Rasuna Said, Jakarta Selatan, Kamis (5/9/2024). Foto: Widya Islamiati/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menanggapi pernyataan Menteri Energi dan Sumber Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia yang ingin meningkatkan bauran bahan bakar nabati (BBN) Solar dengan 60 persen minyak kelapa sawit atau biodiesel 60 (B60), dengan menambah lahan seluas 300.000 hektar.
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Gapki Eddy Martono menuturkan pekerjaan rumah pemerintah untuk naikkan BBN terhadap solar memang meningkatkan produktivitas. Akan tetapi, menurut dia, dengan penambahan lahan tanam seluas 300.000 hektar, mimpi B60 persen sulit tercapai.
Eddy menghitung 1 hektar lahan sawit dengan tingkat produktivitas saat ini, akan menghasilkan Crude Palm Oil (CPO) sebanyak 5 ton. Sehingga saat dikalkulasikan dengan 300.000 hektar, CPO yang dihasilkan adalah sebanyak 1,5 juta ton.
“Kalau kita hitung, kalau 5 ton (CPO) per hektar kan berarti 1,5 juta ton (CPO) tambahannya, ya gak cukup. Kalau hanya segitu (lahan tambahan 300.000 hektare),” kata Eddy saat ditemui di kawasan Rasuna Said, Jakarta Selatan, Kamis (5/9).
Eddy memperkirakan, B50 akan membutuhkan sebanyak 17,5 juta ton CPO. Kemudian naik B60, kebutuhan bahan baku CPO akan bertambah menjadi sekitar 24 juta ton. Angka ini masih jauh dari CPO yang akan dihasilkan dari lahan seluas 300.000 hektar di Papua yang dimaksud Bahlil.
ADVERTISEMENT
“Untuk B50 saja kita butuh 17,5 juta bahan bakunya, kalau naik ke B60 itu menaikan sekitar 6 juta lagi naiknya, berarti B60 butuh 24 jutaan kebutuhannya, 24 juta ton bahan baku. Dengan keadaan sekarang (produksi) rasanya tidak memungkinkan. Makanya utamanya adalah peningkatan produktivitas,” imbuh Eddy.
Di sisi lain, Eddy juga menuturkan, sejauh ini Gapki belum dilibatkan dalam diskusi pembahasan mengenai B60 ini. “Kami terus terang dari asosiasi belum diajak bicara itu, mungkin rencana ke pemerintah, bisa juga mungkin ini penugasan pemerintah ke BUMN,” tutup Eddy.
Sebelumnya, mengutip laman Instagram resmi Bahlil, politisi Partai Golkar itu memamerkan rencana Indonesia menggenjot BBN dengan cara meningkatkan lahan tanam kelapa sawit seluas 300.000 hektar di tanah kelahirannya, Papua. Hal ini dilakukan Bahlil dan Administrator National Energy (NEA) meninjau pameran dalam gelaran The 7th Indonesia-China Energy Forum (ICEF) di Bali.
ADVERTISEMENT
Bahlil bilang, hasil kelapa sawit dari lahan tersebut akan menjadi bahan baku BBN 60 persen. “Sekarang kita lagi kembangkan di Papua nambah 300.000 hektar untuk membangun CPO, supaya minyak di Papua kita konversi ke B60,” kata Bahlil dalam laman Instagramnya, dikutip Kamis (5/9).
Bahlil juga menyebutkan saat ini Indonesia sudah mengekspor biodiesel ke China. “Salah satu strategi kita mengurangi Impor adalah meningkatkan lifting tapi kita juga konversi ke B60, sekarang di Indonesia produksinya 14 juta KL. Yang 14 juta itu kita campur, tetapi total kapasitas kami seluruhnya itu sekitar hampir 30 juta kita ekspor ke China juga,” jelas Bahlil.