Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Gaya Hidup Cashless Gen Z, Kala Teman Jadi Alternatif 'ATM' di Situasi Darurat
3 November 2024 10:00 WIB
·
waktu baca 5 menitADVERTISEMENT
Penggunaan teknologi dalam transaksi sehari-hari terus berkembang pesat di Indonesia, khususnya di kalangan generasi muda atau Generasi Z (Gen Z ) yang cenderung beralih ke metode pembayaran digital atau cashless . Dengan perkembangan ini, dompet fisik yang penuh dengan uang tunai mulai tergantikan oleh aplikasi perbankan, e-wallet, dan QRIS.
ADVERTISEMENT
Transaksi menjadi lebih praktis dan efisien. Namun, di balik kenyamanan ini, muncul fenomena baru di mana orang-orang yang hidup cashless bergantung pada teman-temannya ketika mereka memerlukan uang tunai.
Via, seorang mahasiswa berusia 20 tahun, adalah salah satu contoh generasi muda yang sepenuhnya beralih ke gaya hidup cashless. Menurutnya, pembayaran digital menawarkan kemudahan yang tak bisa didapatkan dari uang tunai.
"Aku bisa bayar apa saja cuma pakai hp. Jadi rasanya enggak perlu bawa uang cash lagi," kata Via kepada kumparan beberapa waktu lalu.
Via merasa nyaman dan aman menjalani gaya hidup cashless. Terutama setelah mengalami pengalaman pahit ketika dompetnya dicopet dan kehilangan uang tunai sebesar Rp 500 ribu.
“Dulu aku pernah dicopet, uang cash-ku hilang semua. Sekitar 500 ribu hilang. Makanya sekarang aku anaknya cashless banget,” tutur Via.
ADVERTISEMENT
Selain kenyamanan, keamanan juga menjadi salah satu faktor utama yang mendasari pilihan generasi muda untuk bertransaksi digital.
Dendi, seorang pekerja berusia 25 tahun, mengungkapkan bahwa dengan cashless, ia tidak perlu khawatir membawa uang tunai dalam jumlah besar yang rawan dicuri.
Keamanan yang ditawarkan oleh transaksi digital memang menjadi daya tarik tersendiri. Bagi banyak orang, kehilangan dompet tidak lagi berarti kehilangan seluruh uang tunai. Selama ponsel aman, uang mereka tetap terjaga di akun perbankan atau e-wallet.
Meski cashless menawarkan banyak keuntungan, tidak semua tempat menyediakan opsi pembayaran digital. Hal ini menimbulkan tantangan tersendiri bagi mereka yang sepenuhnya bergantung pada metode ini.
Via mengakui di beberapa kesempatan, ia harus meminjam uang tunai dari teman-temannya saat berbelanja di tempat yang belum menyediakan layanan QRIS atau transfer bank.
ADVERTISEMENT
"Aku pinjam ke teman dulu, tapi enggak masalah karena bisa langsung aku transfer balik di tempat," ungkapnya.
Fenomena ini menunjukkan bahwa meskipun cashless semakin populer, ketersediaan infrastruktur digital di beberapa tempat masih belum merata. Dalam situasi seperti ini, mereka yang hidup cashless seringkali harus bergantung pada teman-teman yang masih membawa uang tunai. Hal ini menciptakan pola ketergantungan yang unik, uang tunai tetap menjadi solusi darurat bagi para pengguna cashless.
Dendi juga mengalami situasi serupa. Meski mengaku sebagai anak cashless, ia tetap menyediakan uang tunai di dompetnya untuk berjaga-jaga.
"Pernah merasa enggak beruntung ketika merchant yang didatangi tidak bisa menerima pembayaran lewat cashless," ujarnya.
Selain kemudahan, faktor lain yang mendorong peningkatan penggunaan cashless adalah berbagai promo yang ditawarkan oleh platform pembayaran digital. Dendi mencatat bahwa promosi, seperti diskon makanan, minuman, hingga tiket hiburan, menjadi salah satu daya tarik utama bagi generasi muda untuk beralih ke cashless.
ADVERTISEMENT
"Terkadang promo ini yang bikin kita jadi lebih sering menggunakan cashless," katanya.
Namun, kemudahan transaksi digital juga bisa menjadi bumerang, terutama terkait dengan pengelolaan keuangan. Dendi mengakui bahwa penggunaan cashless bisa membuat pengeluaran terasa lebih boros.
Via juga merasa kebiasaan hidup cashless terkadang membuatnya kesulitan ketika tidak ada teman yang bisa ia pinami uang tunai. Jika hal ini terjadi, Via lebih memilih untuk menunda keinginannya dan mencari tempat lain yang menerima QRIS atau metode pembayaran digital.
Tren penggunaan cashless semakin didukung oleh data dari Bank Indonesia (BI), yang mencatat pertumbuhan signifikan dalam transaksi digital, khususnya melalui QRIS. Hingga kuartal III 2024, nilai transaksi QRIS mencapai Rp 188,36 triliun, tumbuh 209,61 persen secara tahunan (year on year/yoy). Volume transaksi juga mencapai 4,08 miliar, melebihi target yang telah ditetapkan.
ADVERTISEMENT
Deputi Gubernur BI, Filianingsih Hendarta, menjelaskan bahwa transaksi QRIS telah menjadi pendorong pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Dengan sektor terbesar yang menggunakan metode ini adalah pedagang eceran, khususnya di bidang makanan dan minuman, yang berkontribusi sebesar 35,9 persen.
Sektor lain seperti restoran, hotel, salon kecantikan, dan jasa komunikasi juga turut menyumbang pertumbuhan penggunaan QRIS.
Fenomena Cashless Society di Kalangan Gen Z
Perencana Keuangan, Mike Rini, menjelaskan bahwa fenomena cashless society sangat menonjol di kalangan generasi muda, terutama Gen Z.
"Mereka sangat adaptif terhadap teknologi dan pemanfaatan dompet digital sudah menjadi gaya hidup, bukan sekadar alat pembayaran," ungkap Mike.
Menurutnya, ada beberapa faktor yang mendorong maraknya penggunaan pembayaran digital, seperti kemudahan, kecepatan transaksi, serta banyaknya promo dan cashback yang menarik.
ADVERTISEMENT
Selain itu, pembayaran digital menjadi tren di kalangan Gen Z berkat integrasi dengan berbagai platform media sosial dan adanya peer pressure atau tekanan sosial.
"Ada rasa gengsi jika tidak menggunakan pembayaran digital, karena gaya hidup mereka yang serba digital dan terhubung," tambahnya.
Perlukah Membawa Uang Tunai?
Di tengah maraknya penggunaan pembayaran cashless, masih timbul pertanyaan, perlukah kita tetap membawa uang tunai? Perencana Keuangan lainnya, Andy Nugroho berpendapat masyarakat tetap perlu membawa uang tunai dengan jumlah yang disesuaikan.
"Tetap perlu membawa uang tunai dengan jumlah yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi," ujarnya.
Andy menilai, membawa uang tunai merupakan hal penting, terutama jika berada di daerah yang intensitas penggunaan cashless masih rendah atau jika pedagang belum menyediakan akses pembayaran digital.
ADVERTISEMENT
Selain itu, membawa uang tunai juga berfungsi sebagai cadangan jika ponsel tiba-tiba tidak bisa digunakan karena berbagai masalah. Seperti habis baterai, tidak ada sinyal, atau gangguan teknis lainnya.