Gerai Kopi Tumbuh Pesat, Geser Kinerja Industri Minuman Ringan

13 Maret 2024 18:09 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah penumpang di Halte Harmoni, Jakarta Pusat, Selasa (16/8/2022). Foto: Ananta Erlangga/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah penumpang di Halte Harmoni, Jakarta Pusat, Selasa (16/8/2022). Foto: Ananta Erlangga/kumparan
ADVERTISEMENT
Direktur Industri Minuman dan Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Merrijantij Punguan Pintaria menuturkan, pertumbuhan industri minuman ringan RI terkikis oleh pesatnya perkembangan gerai minuman non-olahan seperti kopi ataupun jus.
ADVERTISEMENT
Hal ini diutarakan Merrijantij kala membahas soal minimnya perusahaan minuman ringan yang memiliki sertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) tinggi.
Menurutnya, masyarakat kini lebih banyak memilih mengkonsumsi minuman non-olahan yang dijajakan di layanan pesan antar secara daring.
"Di industri minuman masih sedikit yang berTKDN, ini sekarang sudah tidak berlaku lagi, sekarang apa pun makanannya, minumannya kita pesan di Gofood, kita pesan di Grab, dan minuman-minuman ini termasuk di non-olahan," kata Merrijantij dalam konferensi pers Kinerja Industri Minuman 2023 serta Peluang dan Tantangan 2024 di Jakarta pada Rabu (13/3).
Meskipun Merrijantij tidak menjelaskan secara rinci data menjamurnya gerai minuman. Namun menurutnya, pertumbuhan konsumsi minuman yang dijajakan di gerai-gerai seperti kopi ataupun jus, bukan bagian dari kinerja industri minuman ringan.
ADVERTISEMENT
"Ini tidak termasuk dalam kinerja industri minuman ringan, ini spesifik yang kita bicarakan adalah minuman olahan," imbuh Merrijantij.
Ketua Umum Asosiasi Industri Minuman Ringan (ASRIM) Triyono Prijosoesilo juga tidak menampik adanya pertumbuhan yang pesat dari gerai-gerai non-olahan minuman.
"Memang pertumbuhan gerai-gerai itu cukup pesat, misalnya boba drink itu pertumbuhan paling cepat di seluruh Asia Tenggara. Itu memang faktanya karena 270 juta orang Indonesia konsumen yang sangat tinggi sehingga tidak memungkiri itu adalah opportunity," kata Triyono di Jakarta pada Rabu (13/3).
Triyono kemudian menjelaskan, sebagai pelaku industri, pihaknya melihat hal ini sebagai tantangan dalam berbisnis. Hal ini akan mendorong pelaku industri untuk memutar otak agar tetap dapat menarik konsumen.
"Evolusi bisnis, kami juga melihat mereka adalah tantangan dan kompetitor kita juga sehingga bagaimana kita menarik minat konsumen," tambah Triyono.
ADVERTISEMENT
"Tentunya minuman boba dan minuman gerai itu menarik, karena mereka memberikan rasa berbeda dan itu menjadi sesuatu inspirasi bagi kami, dan kami meyakini bahwa produk-produk kami punya value terkait practicality dan juga dari sisi food safetynya," pungkas Triyono.
Sementara, Ekonom Center of Reform on Economics Mohammad Faisal melihat hal ini menjadi bagian dari perubahan gaya hidup masyarakat khususnya pasca pandemi Covid-19..
Pembukaan gerai Kopi Kenangan di Suria KLCC, Malaysia. Foto: Kopi Kenangan
"Ini kan sasaran market mereka bagian dari perubahan behavior struktur konsumen," kata Faisal dalam kesempatan yang sama di Jakarta pada Rabu (13/3).
Sehingga menurutnya, industri minuman ringan yang akan bertahan adalah industri tang dapat melihat perubahan gaya hidup masyarakat.
Namun, di sisi lain, Faisal juga menyoroti pemerintah untuk memberikan kebijakan yang adil, dalam hal ini wacana penerapan cukai minuman berpemanis (MBDK).
ADVERTISEMENT
"Kalau seandainya ada satu kebijakan untuk menekan konsumsi gula kalau dikenakan kepada industri, untuk gerai-gerai dikenakan atau tidak? Karena kalau justru lebih sering beli di sana, impact gulanya lebih bahaya di sana dari pada minuman kemasan, tapi yang kena adalah industri, yang ini (minuman dari gerai) tidak," pungkas Faisal.