Ghana Bangkrut, Inflasi Tembus 54 Persen dan Gagal Bayar Utang

26 September 2023 17:21 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suporter Ghana (Ilustrasi) Foto: Celso Junior/Getty Images
zoom-in-whitePerbesar
Suporter Ghana (Ilustrasi) Foto: Celso Junior/Getty Images
ADVERTISEMENT
Ghana, negara bagian Afrika Barat, resmi bangkrut. Inflasi dan suku bunga acuan tinggi membuat negara tersebut tak bisa membayar utang alias gagal bayar (default).
ADVERTISEMENT
Berdasarkan laporan Kementerian Keuangan Ghana, Selasa (26/9), inflasi selama tahun ini selalu di atas 40 persen, bahkan di Januari 2023 tembus 54 persen. Sementara itu, suku bunga acuan naik dari 14 persen di Desember 2021 menjadi 27 persen di akhir Desember 2022.
Utang pemerintah Ghana mencapai USD 58,64 miliar atau sekitar Rp 908 triliun (kurs Rp 15.300 per dolar AS) di akhir 2022, meningkat 23,7 persen dari tahun sebelumnya yang mencapai USD 52,32 miliar. Rasio utang pemerintah Ghana mencapai 70,71 persen dari produk domestik bruto (PDB) di 2022.
Utang Ghana dinilai terus meningkat seiring dengan pelemahan nilai tukar cedi terhadap dolar AS. Di akhir Desember 2022, cedi melemah 30 persen terhadap dolar AS, melemah 25,3 persen terhadap poundsterling, dan melemah 21,2 persen terhadap euro.
ADVERTISEMENT
Menurut laporan The New York Times, Presiden Ghana, Nana Akufo-Addo, tidak punya pilihan menyelamatkan keuangan negara, selain menerima bantuan pinjaman lagi dari Dana Moneter Internasional (IMF) senilai USD 3 miliar.
Krisis keuangan Ghana berimbas ke sejumlah proyek pembangunan. Emmanuel Cherry, kepala eksekutif asosiasi perusahaan konstruksi Ghana, mengungkapkan bahwa pemerintah Ghana tak bisa membayar utang USD 1,3 miliar, belum termasuk bunga.
Tak hanya itu, pemerintah Ghana juga berutang pada produsen listrik senilai USD 1,58 miliar. Hal ini mengakibatkan hampir seluruh wilayah Ghana mengalami pemadaman listrik dalam waktu yang sangat panjang.
“Pemerintah pada dasarnya bangkrut. Ini adalah kali ke-17 Ghana terpaksa menggunakan dana tersebut sejak memperoleh kemerdekaan pada tahun 1957," demikian laporan New York Times.
ADVERTISEMENT
Dalam laporan IMF, lembaga internasional ini akan memasukkan Ghana ke dalam pengawasan ketat. Beberapa cara yang akan ditempuh IMF adalah membatasi belanja, meningkatkan pendapatan, hingga bernegosiasi dengan kreditor asing.