Google hingga Tesla Investasi di Indonesia, Najib Razak: Malaysia ke Mana Aja?

17 Desember 2020 7:55 WIB
Najib Razak. Foto: REUTERS/Athit Perawongmetha
zoom-in-whitePerbesar
Najib Razak. Foto: REUTERS/Athit Perawongmetha
ADVERTISEMENT
Gencarnya Indonesia dalam memburu investasi asing, membuat mantan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak kesal, karena merasa negaranya kalah bersaing. Najib Razak yang dipidana 12 tahun penjara dalam kasus skandal korupsi 1MDB (Malaysia Development Berhad), mengungkapkan sindiran ke Pemerintah Malaysia, di akun facebook-nya.
ADVERTISEMENT
"Tesla akan pergi ke Indonesia. Amazon akan pergi ke Indonesia. Google akan pergi ke Indonesia. Apa yang terjadi?," tulis Najib dikutip kumparan, Kamis (17/12).
Dalam unggahannya, Najib yang berstatus bebas dengan uang jaminan itu, juga menyertakan tangkapan layar atas berita media soal langkah investasi perusahaan teknologi terkemuka itu di Indonesia. Seperti berita tentang investasi Google dan Temasek ke Tokopedia, utusan Tesla ke Indonesia untuk menjajaki investasi Nikel, hingga tawaran Jokowi ke Elon Musk untuk meluncurkan roket SpaceX dari Indonesia.
Dia pun menyebut Malaysia kini tak lagi jadi negara tujuan investasi dunia. Padahal bekas pemimpin Barisan Nasional (BN), koalisi partai yang pernah berkuasa di Malaysia, ini mengeklaim negaranya pernah punya potensi pertumbuhan tinggi di Asia.
ADVERTISEMENT
"Kasiannnnnnnnn. Sebelumnya Malaysia ketika BN dipimpin, dipandang potensi pertumbuhan tinggi di wilayah Asia dan Asia Tenggara, kini tidak lagi menjadi pertimbangan investasi," tulis Najib Razak.
Elon Musk, CEO Tesla dan SpaceX. Foto: REUTERS/Monica Almeida
"Tak terlihat lagi. Sayang sekali. Sayang sekali. Oh Malaysia, kita ke mana?" tandasnya.
Padahal menurut Najib Razak, Malaysia punya banyak lembaga investasi, yang seharusnya bisa mengakomodasi kebutuhan para investor global. Seperti MITI, MIDA, InvestKL, MDEC. Semasa memimpin Malaysia, dirinya mengaku sangat rajin memimpin misi perdagangan dan investasi, menemui para pemimpin dan pebisnis global.
"Sekitar 80 perusahaan internasional diundang ke Malaysia selama saya (memimpin)," kata Najib Razak.
Tapi sekarang menurutnya, tak terdengar ada investasi baru di Malaysia. Sejak tahun 2018, lanjut dia, belum mendengar upaya untuk membawa investasi.
ADVERTISEMENT
"Listrik. Tidak ada. Yang ada hanya hinaan bilang rakyat malas. Yang kita lihat hanyalah ketidakstabilan politik. Yang dirasakan adalah lemahnya kebijakan pemerintah berdampak besar bagi perekonomian dan warga negara. Manajemen negara dan ekonomi membutuhkan kepemimpinan," tandas Najib Razak.
***
Saksikan video menarik di bawah ini.