Hadiri Pertemuan G20 di Riyadh, Sri Mulyani Ulas Kondisi Ekonomi Arab Saudi

22 Februari 2020 23:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Meteri Keuangan Sri Mulyani (kana) saat menghadiri KTT G20 di Riyadh, Arab Saudi. Foto: Instagram/@smindrawati
zoom-in-whitePerbesar
Meteri Keuangan Sri Mulyani (kana) saat menghadiri KTT G20 di Riyadh, Arab Saudi. Foto: Instagram/@smindrawati
ADVERTISEMENT
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sedang melakukan kunjungan kerja ke Riyadh, ibu kota Arab Saudi. Kunjungan Sri Mulyani ini dilakukan dalam rangka mengikuti pertemuan menteri keuangan dan gubernur bank sentral, negara-negara G20.
ADVERTISEMENT
"Hari ini saya mulai menghadiri pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 - bertempat di Riyadh - ibu kota negara Saudi Arabia," tulis Sri Mulyani seperti dikutip kumparan dari akun instagram pribadinya, Sabtu (22/2).
Dalam postingan itu, mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut memberikan ulasan tentang kondisi ekonomi Arab Saudi. Sebagai tuan rumah pertemuan ekonomi kelompok G20, Arab Saudi dianggap Sri Mulyani memiliki profil ekonomi dan fiskal (keuangan negara) yang menarik dipelajari.
Dia menuliskan, dengan populasi 33,4 juta, saat ini Arab Saudi sedang menjalankan Vision 2030. Yaitu progran reformasi di bidang sosial ekonomi, termasuk peranan perempuan yang semakin ditingkatkan.
Meteri Keuangan Sri Mulyani saat menghadiri KTT G20 di Riyadh, Arab Saudi. Foto: Instagram/@smindrawati
"Perekonomian Saudi Arabia didominasi oleh minyak, sehingga kinerja ekonomi sangat dipengaruhi oleh naik turunnya harga dan produksi minyak. Maka upaya untuk diversifikasi kegiatan ekonomi untuk tidak tergantung minyak dilakukan," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Mengutip data IMF, Sri Mulyani menyebutkan pertumbuhan ekonomi Arab Saudi 2019 adalah 1,9 persen (sektor minyak tumbuh 0,7 persen dan non minyak 2,9 persen). Defisit APBN meningkat dari 5,9 persen PDB (2018) menjadi 6.5 persen PDB (2019). Utang pemerintah 24,7 persen dari PDB.
Tingkat pengangguran untuk warga Arab Saudi mencapai 12,5 persen, dimana pengangguran perempuan mencapai 32,7 persen.
Sri Mulyani tak memberikan penilaian atas indikator-indikator ekonomi tersebut. Tapi jika dibandingkan dengan kondisi negeri sendiri, Indonesia memiliki indikator yang lebih baik dari Arab Saudi yang sama-sama masuk negara G20.
Melengkapi paparannya, Sri Mulyani menyatakan reformasi ekonomi yang sedang dilakukan Arab Saudi adalah:
Meteri Keuangan Sri Mulyani (tengah) saat menghadiri KTT G20 di Riyadh, Arab Saudi. Foto: Instagram/@smindrawati
1. menurunkan defisit APBN untuk menjadi seimbang pada tahun 2023.
ADVERTISEMENT
2. menaikkan penerimaan pajak terutama (PPN). 3. meningkatkan harga BBM secara bertahap, setiap kuartal ada perubahan harga sesuai harga internasional.
4. mengendalikan belanja negara terutama gaji pegawai dan belanja modal yang tidak produktif
5. Meningkatkan transparansi fiskal (belanja dan pendapatan - termasuk data dari perusahaan minyak Aramco)
6. Reformasi pasar tenaga kerja, dengan melakukan mandatori rekrutmen untuk pekerja Saudi (Saudization) dalam rangka menurunkan pengangguran. Selama ini Saudi sangat tergantung kepada pekerja ekspatriat (TKA), setiap warga negara asing dipungut biaya tinggal di Saudi.
7. Penyediaan transport khusus untuk perempuan dan program penitipan anak (childcare) untuk mendukung partisipasi kerja perempuan Saudi.
8. Bantuan untuk usaha kecil diberikan dengan pemberian pinjaman bank dan peningkatan akses pembiayaan.
ADVERTISEMENT