Hadiri WEF di Davos, Dirut BRI Gagas UMKM Sebagai Penggerak Pertumbuhan Ekonomi

17 Januari 2024 17:49 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dirut BRI Sunarso (Kiri) didampingi Corporate Secretary Agustya Hendy Bernady melakukan video conference dari WEF di Davos, dengan media di Jakarta. Foto: Wendiyanto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Dirut BRI Sunarso (Kiri) didampingi Corporate Secretary Agustya Hendy Bernady melakukan video conference dari WEF di Davos, dengan media di Jakarta. Foto: Wendiyanto/kumparan
ADVERTISEMENT
Direktur Utama (Dirut) BRI Sunarso hadir dalam World Economic Forum (WEF) 2024 yang diadakan di Davos, Swiss, pada 15-19 Januari 2024. Dalam kegiatan tersebut, Sunarso menggagas soal peran UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi dan pencipta lapangan kerja.
ADVERTISEMENT
Agenda tahunan WEF kali ini mengusung tema 'Rebuilding Trust' dengan empat agenda prioritas. Yaitu terkait keamanan dunia (Achieving Cooperation and Security in a Fractured World), penciptaan pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja (Creating Growth and Jobs for New Era), penggunaan Artificial Intelligence (AI) untuk mendorong ekonomi masyarakat, serta tema keberlanjutan terkait perubahan iklim, alam dan energi (A Long Term Strategy for Climate, Nature and Energy).
Menurut Sunarso, dari empat agenda tersebut, tiga di antaranya sejalan dengan apa yang selama ini BRI lakukan. Ketiganya yakni penciptaan pertumbuhan dan lapangan kerja; Penggunaan AI; Serta strategi iklim, lingkungan dan energi. Dirut BRI itu sendiri memfokuskan gagasannya di Davos pada tema yang sangat berhubungan dan relevan dengan bisnis BRI, yakni pemberdayaan UMKM yakni sebagai pencipta pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja (Creating growth and jobs for new era).
ADVERTISEMENT
"Itulah kenapa BRI melakukan strategi integrasi dengan merilis layanan ultra mikro, setelah mengakuisisi Pegadaian dan Permodalan Nasional Madani (PNM). Supaya bisa pelayanan publik, sekaligus menciptakan nilai tambah ekonomi yang menguntungkan bagi bisnis. Dua hal itu dilakukan secara simultan," kata Sunarso dalam video conference langsung dari Davos, bersama media di kawasan Senayan, Jakarta Selatan, Rabu (17/1).
Melanjutkan penjelasannya, Sunarso mengungkapkan bahwa sesuai kajian Bappenas (2023), dalam dua dekade ke depan, tepatnya pada 2045 Indonesia akan mencapai usia emas 100 tahun. Dan pada 2041, Indonesia diperkirakan dapat menjadi negara berpendapatan tinggi (high income), dengan syarat rata-rata pertumbuhan ekonomi sebesar 6 persen.
Namun demikian, lanjut mantan Dirut Pegadaian tersebut, sesuai dengan yang diungkapkan LPEM FEB UI (2023), karena kondisi perekonomian global yang kurang mendukung, pertumbuhan ekonomi Indonesia stagnan di kisaran 5 persen per tahun. Sementara itu pertumbuhan kredit nasional pun tidak lebih dari 15 persen, sedangkan tingkat kemiskinan ekstrem persisten di angka 1,7 persen.
ADVERTISEMENT
"Untuk menghadapi tantangan tersebut diperlukan mesin pertumbuhan ekonomi baru agar Indonesia dapat tumbuh lebih cepat yang bersifat inklusif. Apa itu? Ya konsep holding ultra mikro yang sekarang dijalankan BRI ini," ujarnya.
Holding Ultra Mikro Sebagai Pendorong Pertumbuhan
Dirut BRI Sunarso menghadiri World Economic Forum (WEF) 2024 di Davos, Swiss. Foto: Dok. BRI
BRI sebagai perusahaan BUMN, paparnya, memiliki peran sebagai agent value creator dan agent of development. Agar dapat menjalankan fungsi tersebut secara simultan, maka BRI harus mencetak keuntungan.
“Dengan memperoleh keuntungan atau economic value, maka perusahaan BUMN bisa memiliki modal untuk menciptakan social value sehingga ekonomi akan berputar. Dan BRI sudah membuktikan bahwa selama ini bisa menjalankan peran economic value dan social value secara simultan, salah satunya melalui keberadaan Holding Ultra Mikro yang beranggotakan BRI, Pegadaian dan PNM”, ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Komitmen BRI dalam pemberdayaan UMKM tercermin salah satunya dari kinerja Holding Ultra Mikro, di mana hingga akhir Desember 2023 tercatat sudah 37 juta nasabah peminjam yang terintegrasi. Keberhasilan BRI Group mengintegrasikan nasabah di segmen ultra mikro tersebut berdampak terhadap penurunan jumlah nasabah yang belum mendapatkan akses keuangan formal.
Pada tahun 2023, BRI Research Institute mengestimasikan bisnis UMi yang belum mendapatkan pembiayaan formal pun telah menurun dari 30 juta pada tahun 2018, menjadi sekitar 14 juta (di mana 3-6 juta di antaranya tidak terlayani, 4-5 juta lainnya mendapatkan pembiayaan dari teman/keluarga, dan 3-5 juta dari loan shark/rentenir).
Sunarso mengungkapkan, keberhasilan Holding Ultra Mikro juga diulas oleh Harvard Business Review pada pertengahan Desember 2023 lalu, di mana dalam artikel tersebut dibahas tiga fase utama dalam integrasi UMi, yakni pemberdayaan/empower, integrasi/integrate dan naik kelas/upgrade.
ADVERTISEMENT

Memberdayakan Perempuan Pelaku Usaha di Segmen UMi

Holding ultra mikro tingkatkan inklusi keuangan. Foto: Dok. BRI
Di samping itu, dengan adanya sinergi holding UMi, PNM mampu menyalurkan Rp 41,57 triliun kepada 15 juta pelaku usaha wanita melalui PNM Mekaar. Apabila dibandingkan dengan Grameen Bank di Bangladesh yang menerima hadiah Nobel Perdamaian 2006, kata Sunarso, jumlah yang telah dijangkau BRI melalui program UMi jauh lebih banyak.
Dari situs resminya, Grameen Bank secara akumulasi telah menyalurkan pinjaman kepada 10,45 juta orang. Sama seperti PNM, mayoritas nasabah lembaga tersebut adalah kalangan perempuan yang mencapai 97 persen.
“Oleh karenanya PNM yang tergabung dalam Holding Ultra Mikro, kini pantas mengeklaim dirinya sebagai group lending terbesar di dunia. Hal ini merupakan wujud BRI Group dalam melakukan pemberdayaan kepada wanita prasejahtera (underprivileged women) dan mendukung pencapaian SDGs khususnya yang terkait dengan kesetaraan gender”, jelas Sunarso.
ADVERTISEMENT
Economy Sharing Melalui AgenBRILink
Di samping pemberdayaan pelaku usaha ultra mikro, Sunarso menjelaskan bahwa praktik economy sharing juga secara konsisten terus dilakukan oleh BRI melalui keberadaan AgenBRILink. Hingga akhir Desember 2023 tercatat BRI telah memiliki lebih dari 740 ribu AgenBRILink.
Dari sisi transaksi, sepanjang 2023 AgenBRILink berhasil mencatatkan volume transaksi sebesar Rp 1.427 triliun dan memberikan fee-based income kepada BRI senilai Rp 1,5 triliun di sepanjang tahun 2023. Bagi para Agen, nilai pendapatan yang mereka terima bisa mencapai 2-3 kali lipat yang diterima oleh BRI. Ini adalah bukti nyata bahwa keberadaan BRI mampu memberikan pekerjaan dan pendapatan bagi masyarakat.
Direktur Bisnis Mikro BRI Supari bersama para pelaku usaha Ultra Mikro (UMi) dan UMKM Foto: Bank BRI
Sementara itu sesuai dengan semangat transformasi digital yang telah dijalankan BRI sejak tahun 2016, saat ini BRI telah mengaplikasikan pemanfaatan Artificial Intelligence (AI) dalam proses bisnis dan operasional perseroan. Salah satu produk hasil transformasi digital BRI yakni BRIBRAIN.
ADVERTISEMENT
Dia menjelaskan, BRIBRAIN merupakan “pusat otak digital” BRI yang mengkonsolidasikan kapabilitas AI dan analitik, untuk meningkatkan customer engagement, anti-fraud & risk analytics, credit underwriting, hingga automasi untuk smart services & operations.
Sunarso mencontohkan, AI Recommendation System yang dimiliki BRI telah diimplementasikan untuk memilih calon nasabah potensial berdasarkan data seperti jumlah simpanan, portofolio pinjaman, demografi dan lokasi. Dampaknya, dengan penggunaan AI mampu meningkatkan conversion rate sebesar 60 persen dan meningkatkan kualitas akuisisi debitur sebesar 49 persen.
Contoh lain adalah pemanfaatan AI pada BRImo, AI digunakan dalam memberikan rekomendasi transaksi serta penawaran produk yang customize sesuai profil nasabah. ”Pemanfaatan AI tersebut terbukti mampu mengakselerasi kinerja BRImo, dan saat ini BRImo telah menjelma sebagai super apps serba bisa yang telah digunakan oleh 31,6 juta users dengan volume transaksi mencapai Rp 4.158 triliun atau tumbuh 55,8 persen yoy per Desember 2023”, ungkap Sunarso.
ADVERTISEMENT

Dukungan BRI Pada Program Sustainabilitas

Program BRI Menanam. Foto: BRI
Terkait dengan aspek keberlanjutan (sustainabilitas), Sunarso mengungkapkan bahwa yang menarik minat peserta WEF adalah hal-hal yang berkaitan dengan isu Environmental, Social and Governance (ESG). Dan ESG ini memiliki peranan penting untuk mendukung keberlanjutan kehidupan manusia serta mendorong tingkat kemakmuran/prosperity.
“Hingga Kuartal III tahun 2023, BRI telah menyalurkan kredit ke sektor Kategori Kegiatan Usaha Berkelanjutan (KKUB) sebesar Rp 750,9 triliun, atau sekitar 66,1 persen dari total penyaluran kredit BRI. Angka ini mengalami peningkatan sebesar 11,9 persen yoy. Dari nominal tersebut, sebesar Rp 669,1 triliun disalurkan ke sektor UMKM, dan Rp 81,8 triliun disalurkan ke sektor Kegiatan Usaha Berwawasan Lingkungan (KUBL)”, tambah Sunarso.
Dari sisi environmental untuk mengatasi perubahan iklim, saat ini BRI memiliki flagship program BRI Menanam. Program BRI Menanam ini memberikan bibit tanaman produktif (seperti bibit pohon mangga, durian, alpukat, jambu, jeruk, dsb.) saat nasabah mencairkan kreditnya. Hingga akhir 2023, program BRI Menanam telah berhasil menanam 1,9 juta bibit diseluruh Indonesia, dengan estimasi penyerapan CO2e sebesar 875.013 kgCO2e.
ADVERTISEMENT
Di samping itu, dalam hal pengelolaan emisi dari operasional perusahaan, Sunarso menjelaskan bahwa BRI telah mengadopsi global standard SBTi (Science-Based Target initiatives), yaitu dengan mengimplementasikan inisiatif yang secara langsung dapat menurunkan emisi yang dihasilkan dari kegiatan operasional maupun bisnis perusahaan, seperti penggunaan kendaraan listrik, pemasangan solar panel, penggunaan teknologi lain yang rendah emisi.
“BRI berkomitmen untuk terus mendorong ekonomi kerakyatan melalui pemberdayaan UMKM dengan ditopang oleh kapabilitas teknologi yang handal, serta berlandaskan asas-asas keberlanjutan baik dalam aspek bisnis maupun operasionalnya untuk memberikan kontribusi value beyond profit,” ungkap Sunarso.
Menutup sharing-nya, Sunarso kembali menegaskan bahwa apa yang menjadi visi, strategi, dan yang dikerjakan BRI telah sejalan dengan agenda prioritas yang concern internasional pada World Economic Forum (WEF).
ADVERTISEMENT