Harga Batu Bara Melejit, Eksportir Janji Masih Prioritaskan Pasokan ke PLN

8 Maret 2022 15:50 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sebuah truk pengangkut pasir melintas di area tambang batu bara Adaro, Kalimantan Selatan. Foto: Michael Agustinus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Sebuah truk pengangkut pasir melintas di area tambang batu bara Adaro, Kalimantan Selatan. Foto: Michael Agustinus/kumparan
ADVERTISEMENT
Harga komoditas batu bara terus meroket seiring memanasnya konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina. Di pasar ICE Newcastle untuk kontrak Maret 2022, harganya terpantau melonjak hingga 95,67 persen dalam satu bulan terakhir, rekor tertinggi mencapai USD 440 per ton.
ADVERTISEMENT
Harga batu bara berjangka pada perdagangan hari ini pun masih cukup tinggi yaitu USD 422,65 per ton untuk kontrak Maret 2022, sedangkan untuk kontrak April 2022 tercatat seharga USD 435 per ton.
Kondisi ini disebut merupakan momentum baik bagi para pengusaha atau produsen batu bara untuk menggenjot penjualan ekspor. Namun, mereka memiliki kewajiban untuk memenuhi pasokan batu bara dalam negeri karena ada kebijakan Domestic Market Obligation (DMO) dengan harga patokan sebesar USD 70 per ton.
Merespons kenaikan harga tersebut, Direktur PT Bumi Resources Tbk (BUMI), Dileep Srivastava, menyatakan siap berkomitmen memprioritaskan pemenuhan DMO terutama bagi sektor ketenagalistrikan sebesar 25 persen atau lebih.
"Kami biasanya mengekspor 70-75 persen dari output kami, dan mencadangkan 25-30 persen untuk pasokan dalam negeri dan memenuhi kewajiban DMO terlebih dahulu, sesuai dengan prioritas tertinggi kepada PLN," ujar Dileep kepada kumparan, Selasa (8/3).
ADVERTISEMENT
Dia pun menargetkan adanya kenaikan kinerja ekspor batu bara oleh BUMI, terutama melalui anak usaha pertambangan batu baranya yaitu PT Arutmin Indonesia (Arutmin).
"Kami berharap untuk lebih meningkatkan realisasi ekspor dengan memperkaya bauran kualitas kami dengan output CV yang lebih tinggi dari Arutmin untuk meningkatkan realisasinya," lanjutnya.
Tidak hanya BUMI, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) juga telah mengumumkan komitmennya menjaga pasokan batu bara dalam negeri dengan memenuhi kewajiban DMO di tengah momentum kenaikan harga batu bara global yang menguntungkan perusahaan untuk ekspor.
Direktur Utama PTBA, Arsal Ismail, mengatakan PTBA akan tetap mengutamakan pemenuhan pasokan batu bara dalam negeri sesuai Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP), di mana PTBA harus penuhi kebutuhan minimal 25 persen terutama kepada PLN.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan realisasi penjualan batu bara PTBA di tahun 2021 lalu, Arsal menyebutkan rasio penjualan didominasi untuk dalam negeri sebesar 57 persen, sedangkan penjualan ekspor tercatat 43 persen dari seluruh total penjualan.
Dileep Srivastava, Direktur Bumi Resource Foto: Edy Sofyan/kumparan
"Mungkin kebijakan tahun ini relatif sama, (penjualan) dalam negeri tetap kami utamakan karena tidak mau ada gejolak (harga) yang ada di dalam negeri," ujarnya saat konferensi pers kinerja PTBA, Senin (7/3).
Sehingga, dia menegaskan jika ada tambahan porsi ekspor batu bara oleh PTBA akan tetap disesuaikan berdasarkan RKAP yang telah disetujui oleh pemerintah. Dia menilai, sebagai BUMN tugasnya tidak hanya mengejar keuntungan, tapi tetap memprioritaskan kebutuhan dalam negeri.
"Peluang ekspor juga tetap kami manfaatkan, semuanya dengan terukur karena kontrak kami berdasarkan formula. Kami sudah mulai dari awal sampai akhir tahun punya kontrak jangka panjang, harapannya dengan ada konflik ini PTBA ikut menikmati karena kenaikan harga," lanjut Arsal.
ADVERTISEMENT
Arsal mengatakan, PTBA menaikkan target produksi maupun penjualan batu bara di tahun 2022. Target produksi batu bara PTBA tahun ini sebesar 36,41 juta ton, naik 21 persen dari realisasi di tahun 2021. Sedangkan volume penjualan batu bara ditargetkan menjadi 37,10 juta ton atau naik 31 persen dari realisasi tahun lalu