Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Harga Beras Tinggi Meski Gabah Turun, Penggilingan Padi Untung Besar?
4 Mei 2024 20:00 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi), Sutarto Alimoeso, menegaskan kondisi itu bukan berarti pelaku usaha penggilingan padi ketiban untung karena gabah murah tapi beras mahal. Dia menegaskan pihaknya sudah menjual beras sesuai ketentuan HET beras atau harga eceran tertinggi.
"Penggilingan padi sudah menjual di bawah HET, yang harus dilihat adalah harga di retail terutama di pasar tradisional," kata Sutarto kepada kumparan, Sabtu (4/5).
Adapun pemerintah memperpanjang relaksasi HET beras sampai 31 Mei 2024. Dengan relaksasi ini, harga beras premium dari Rp 13.900 per kg jadi Rp 14.900 per kg.
Sedangkan untuk beras medium, HET yang baru kini sedang digodok pemerintah, yakni berkisar Rp 12.000 per kg hingga Rp 12.500 per kg. Adapun sesuai Perbadan Nomor 7 Tahun 2023 tentang HET Beras, harga beras medium telah ditetapkan sebesar Rp 10.900 per kg untuk Zona 1 yang meliputi Jawa, Lampung, Sumsel, Bali, NTB, dan Sulawesi.
ADVERTISEMENT
Sementara harga beras medium di tingkat eceran berdasarkan panel harga Badan Pangan Nasional ada di level Rp 13.600 per kg, dan harga beras premium di tingkat eceran sudah Rp 15.680.
Bila dibandingkan harga gabah, data BPS merilis bahwa harga gabah kering giling di tingkat petani pada April 2024 mencapai Rp 6.958 per kg, turun 15,58 persen secara bulanan, sementara gabah kering panen mencapai Rp 5.686 per kg, turun 14,32 persen secara bulanan.
"Penggilingan padi selalu menjual sesuai dengan harga beli gabah ditambah dengan ongkos produksi dan keuntungan. Jadi dengan harga gabah kering panen sampai di penggilingan sekitar Rp 6.200, harga jual beras medium di tingkat penggilingan sekitar Rp 12.500. Penggilingan padi dalam menjual beras telah terjadi persaingan yang ketat," kata Sutarto.
ADVERTISEMENT
Bulog sebelumnya menjelaskan alasan mengapa harga beras masih tinggi meskipun harga gabah turun.
“Mungkin semua pedagang juga memiliki pengetahuan yang semakin terbuka, dia bisa melihat proyeksi ke depan kira-kira seperti apa. Itu saya kira satu faktor,” ujar Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi saat ditemui di Kantor Kelurahan Pela Mampang, Jakarta, Jumat (3/5).
Menurut Bayu, pedagang beras bisa memahami adanya kemungkinan panen di musim selanjutnya tidak sebaik yang diharapkan atau bisa berisiko. Selain itu, kurs rupiah bisa mempengaruhi harga beras internasional.
“Masalah situasi internasional dengan ketegangan geopolitik ditambah kurs itu akan membuat juga harga internasional masih akan fluktuasi. Pedagang juga tahu itu, jadi tampaknya teman-teman di ritel itu memperhitungkan faktor-faktor tadi,” katanya.
ADVERTISEMENT