Harga Emas Sepekan Turun, Tren Borong Kaum FOMO Diproyeksi Berkurang

4 Mei 2025 20:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga bebondong-bondong antre beli emas Antam di Kota Bogor. Foto: Mirsan Simamora/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Warga bebondong-bondong antre beli emas Antam di Kota Bogor. Foto: Mirsan Simamora/kumparan
ADVERTISEMENT
Harga emas PT Aneka Tambang Tbk atau Antam dan Galeri24 Pegadaian mulai berangsur turun setelah sempat melesat hingga ke level Rp 2 juta per gram. Situasi ini disebut bisa menghentikan tren borong emas yang sempat terjadi belakangan.
ADVERTISEMENT
Perencana keuangan Andy Nugroho melihat fenomena borong emas ketika harga emas reli sebelumnya membuat banyak orang masuk ke dalam situasi Fear Of Missing Out (FOMO). Dengan begitu menurunnya harga emas akan membuat tren borong emas ikut menurun.
“Jadi ketika saat ini harganya malah justru turun orang-orang yang hanya FOMO dan mengejar keuntungan jangka pendek mereka kemudian akan mengurungkan, menunda atau mengurungkan niatnya untuk membeli emas. Jadi bisa jadi akan trennya akan menurun,” kata Andy kepada kumparan pada Minggu (4/5).
Selama sepekan sejak Senin (28/4) sampai hari ini, emas Antam mengalami penurunan Rp 58.000 dari Rp 1.960.000 per gram menjadi Rp 1.902.000 per gram. Sementara itu harga emas Galeri24 juga terpantau turun Rp 48.000 dari Rp 1.981.000 per gram ke Rp 1.933.000 per gram selama sepekan.
Pedagang mengambil emas batangan PT Antam di toko emas di kawasan Cikini, Jakarta, Rabu (23/4). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Menurutnya berhentinya reli harga emas masih dipengaruhi oleh faktor eksternal di mana harga emas dunia terkoreksi karena Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mulai melunak soal kebijakan tarifnya dengan membuka langkah negosiasi kepada beberapa negara.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, Andy menyarankan agar para investor yang sudah membeli emas di level Rp 2 juta beberapa saat lalu untuk dapat menahan emas terlebih dahulu karena harga emas masih punya potensi untuk naik kembali.
“Namun misalnya kondisinya (perang tarif) semakin tidak menentu, ya tentu akan harganya bisa naik lagi,” ujar Andy.
Ia juga mengimbau para investor agar dapat memiliki mindset investasi jangka menengah sampai panjang jika memilih emas sebagai instrumen investasi. Menurut Andy kerugian bisa terjadi bagi para investor yang memang menjadikan emas sebagai instrumen investasi jangka pendek.
“Ketika kemarin belinya harga Rp 2 juta terus kemudian sekarang harganya turun, ya berarti harga buyback-nya lebih turun lagi, justru rugi beneran. Misalnya tujuannya memang hanya short selling, hanya untuk investasi jangka pendek cut loss itu jadi pilihan yang paling masuk akal,” kata Andy.
ADVERTISEMENT
“Namun apabila memang tujuannya investasi di logam mulia, untuk jangka menengah, panjang atau sebagai lindung nilai, keep dulu aja sampai 3 tahun ke depan,” lanjutnya.
Selaras dengan Andy, perencana keuangan Mike Rini juga melihat minat daya beli masyarakat terhadap emas yang sangat antusias sebelumnya juga akan turun seiring menurunnya harga emas.
Warga mengantre untuk melakukan aktivitas jual beli Emas di Galeri 24, Jakarta, Kamis (17/4/2025). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
“Jadi wait and see begitu melihat harga turun, ah nanti turunnya sampai seberapa ya, jadi sementara mungkin orang akan lihat terlebih dahulu dan yang akan menyebabkan tren pembelian emas mungkin akan terhenti sedikit lagi adalah orang melihat potensi sampai seberapa jauh ya harga emas akan turun,” kata Mike.
Meski begitu momen penurunan harga emas ini menurut Mike bisa dimanfaatkan bagi para investor yang melihat emas sebagai instrumen jangka panjang untuk membeli emas. Selain itu, dengan menurunnya harga emas, diversifikasi portofolio investasi juga dapat dilakukan para investor.
ADVERTISEMENT
“Dengan aset lain seperti saham atau obligasi ya, dapat membantu mengurangi risiko secara keseluruhan,” ujarnya.