Harga Gas Anjlok, Penerimaan Negara dari Sektor Hulu Migas Turun

24 Oktober 2019 13:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kargo LNG domestik perdana 2018 Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kargo LNG domestik perdana 2018 Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), mencatat hingga kuartal III 2019 penerimaan negara di sektor hulu migas turun.
ADVERTISEMENT
Pada periode tersebut, penerimaan negara dari sektor hulu migas mencapai USD 10,99 miliar, atau Rp 164,8 triliun (asumsi kurs APBN 2019 Rp 15.000). Adapun target keseluruhan mencapai Rp 225,99 triliun.
Jika dibandingkan kuartal III 2018, capaian penerimaan hulu migas turun. Pada September 2018, penerimaan hulu migas sudah mencapai USD 11,76 miliar atau setara Rp 176,4 triliun.
Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto, mengatakan kondisi hulu migas hingga kuartal III 2019 mengalami banyak gangguan, salah satunya karena harga gas dunia yang anjlok.
Turunnya harga gas dunia hingga di bawah USD 4 per Million British Thermal Unit (MMBTU) membuat produksi gas dikurangi dan ekspor menurun.
"Sehingga kita lebih baik simpan gasnya dibandingkan menjual. Itu berdampak pada curtailment (pengurangan produksi gas). Jadi 2019 ini terus terang terpukul karena harga gas sangat rendah," kata Dwi dalam konferensi pers capaian kinerja kuartal III 2019 di Gedung SKK Migas, Kamis (24/10).
ADVERTISEMENT
Pengurangan produksi gas terjadi di LNG Bontang di Kalimantan, LNG Tangguh di Papua, dan LNG Donggi Senoro di Sulawesi. Pengurangan produksi gas ini berpengaruh pada kargo gas yang terambil.
Selain pengurangan produksi gas, selama kuartal III 2019 sektor hulu migas juga mengalami gangguan karena ada kebakaran hutan di Sumatera. Ini berpengaruh pada aktivitas yang disetop di Blok Rokan.
Kepala SKK Migas, Dwi Sutjipto, meninjau control room di Float Processing Unit (FPU) Jokotole yang dikelola Kangean Energy Indonesia Ltd. Foto: Wendiyanto/ kumparan
Ketiga, kejadian kebocoran minyak dan gas di Lapangan YY, Blok ONWJ milik Pertamina Hulu Energi (PHE) ONWJ di Karawang, Jawa Barat. Meski begitu, Dwi mengaku kinerja untuk kuartal IV 2019 mulai membaik.
"Lifting di sana jadi tidak terjadi karena kejadian itu," lanjut Dwi.
Deputi Keuangan dan Komersialisasi SKK Migas, Arief Handoko, mengatakan curtailment juga terjadi karena ada beberapa pembeli yang batal mengambil kargo.
ADVERTISEMENT
Karena harga gas yang sangat rendah, realisasi ekspor LNG juga turun. Rinciannya, dari LNG Bontang ekspornya hanya 52,5 kargo dan LNG Tangguh hanya 67,5 kargo.
Sementara untuk realisasi penyaluran kargo gas domestik hingga September 2019 di LNG Bontang naik jadi 30 kargo dan LNG Tangguh naik jadi 17 kargo.
"Harga gas drop, sampai di bawah USD 4 per MMBTU, harga beda jauh dari kontrak dengan buyer," kata dia.