Harga Porang Melejit dalam 10 Tahun, Bisnisnya Menjanjikan?

28 Agustus 2021 12:05 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pertanian Porang. Foto: Dok Dika, Petani Porang di Madiun
zoom-in-whitePerbesar
Pertanian Porang. Foto: Dok Dika, Petani Porang di Madiun
ADVERTISEMENT
Dalam kunjungan kenegaraan ke Madiun pada Kamis (19/8) lalu, Presiden Jokowi berdialog dengan para petani porang. Tanaman itu dinilai Jokowi sebagai komoditas yang sangat menjanjikan dan didorong untuk dikembangkan.
ADVERTISEMENT
"Saya melihat di lapangan, seperti tadi saya sampaikan porang ke depan menjadikan pasar ekspor yang masih sangat besar. Tetapi saya titip agar komoditas porang ini didorong untuk sampai bisa menghasilkan barang jadi, baik berupa kosmetik berupa beras atau makanan yang lainnya," ujar Jokowi.
Jika melihat tren selama 10 tahun terakhir, harga porang memang mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Arif Dika, salah seorang petani porang di Madiun, mengatakan di awal tahun 2000-an harga porang per kilogram hanya Rp 750-Rp 1.000. Namun kini harganya berhasil naik ke Rp 14.800 per kg pada 2019-2020.
"Awal 2000 itu harga Rp 750-Rp 1.000 per kilo. Tahun 2004 itu mulai naik itu Rp 1.500-Rp 2.000. Terus mulai dari 2006-2008 naik dari Rp 6.000-Rp 6.500. Akhirnya mulai tinggi itu 2013 itu sudah menyentuh Rp 10.000. Akhirnya tahun 2014-an itu naik Rp 12.000. Akhirnya kemarin tertinggi 2019-2020 kemarin sampe Rp 14.800," ujar Dika kepada kumparan, Sabtu (28/8).
Contoh perkebunan porang. Foto: Wikimedia Commons
Namun kemudian di 2021 harga porang mulai naik turun karena pembatasan yang dilakukan pemerintah. Saat ini harganya turun di kisaran Rp 6.900-Rp 7.500.
ADVERTISEMENT
"Kalau hari ini, antara Rp 6.900 sampai Rp 7.500. Kemarin itu sempat Rp 9.000 ribu turun lagi jadi Rp 6.000, akhirnya naik lagi sekarang Rp 7.000," tuturnya.
Dari segi bisnis, porang memang cukup menggiurkan. Bagaimana tidak, dalam satu kali panen untuk 1 hektare saja, porang bisa menghasilkan Rp 444 juta hingga Rp 814 juta, dengan perhitungan harga tertinggi porang di Rp 14.800.
Sementara bila menghitung dengan harga saat ini di kisaran Rp 6.900 sampai Rp 7.500, bila dikali dengan harga Rp 7.500 dalam satu kali panen bisa mendapat Rp 225 juta hingga Rp 412 juta.
Pertanian Porang. Foto: Dok Dika, Petani Porang di Madiun
Namun dengan catatan masa panen porang 8 bulan hingga 2 tahun. Juga model penanaman bisa jadi dilakukan tidak dengan menanam 1 hektare penuh. Misalnya di Madiun yang menggunakan sistem tanam pilih, sehingga sekali panen hanya mendapat sekitar 10-17 ton. Jadi untuk pendapatan pada masa panen tergantung model penanaman yang dipilih.
ADVERTISEMENT
"Jadi 1 hektare bisa dapat antara 30-55 ton. Tapi tergantung model panen kita. Misalnya 1 hektare langsung serentak otomatis dapatnya juga banyak, tapi tanemnya harus nunggu lagi," jelasnya.
"Tapi kalau di Madiun rata-rata masyarakat menggunakan cara panen pilih atau dipilih yang besar-besar dilihat dari batangnya ketika masih tumbuh dan di tandai baru dipanen ketika musim kemarau. sisanya dipanen tahun depan, kalau menggunakan cara panen pilih satu hektar biasanya mendapatkan 10-17 ton," lanjutnya.
Pertanian Porang. Foto: Dok Dika, Petani Porang di Madiun
Bisnis porang juga hanya butuh modal besar di awal untuk membeli bibit. Namun, di panen berikutnya bibit bisa didapat dari hasil penanaman sebelumnya.
"Kalau contoh kita tanam 1 hektare dengan modal Rp 80 juta, sebenarnya kita 1 hektare dapat 40 ton itu dengan harga Rp 7.000 kita masih untung. Apalagi tahun depan kita enggak perlu beli bibit lagi karena dari lahan kita sudah bisa menjadikan bibit. Jadi tahun pertama tok survive, selanjutnya keuntungan kita bisa dikatakan 100 persen. Enaknya gitu nanam porang," kata dia.
ADVERTISEMENT

Hampir Tak Pernah Gagal Panen

Menurutnya bertani porang juga sangat minim terjadi gagal panen. Yang penting sudah benar-benar memahami lahan yang disukai porang dan waktu menanamnya.
"Habitat porang itu kan di hutan jelas, tempat lembab, intensitas cahaya enggak terlalu tinggi, kalau seumpama kita bisa nanam di tempat seperti itu risiko gagalnya 0 persen bisa dikatakan," tuturnya.
Selama 14 tahun keluarganya menanam porang, kata dia, belum pernah mengalami gagal panen sampai saat ini. Namun ada penurunan hasil panen memang mungkin.
"Mungkin contoh tahun ini dapat 30 ton mungkin tahun depan turun 20 ton wajar lah karena mungkin sirkulasi hujan kurang bagus, tapi kalau dikatakan gagal mati semua ya enggak ada. Karena kita sudah paham di tempat ini yang disukai," tuturnya.
ADVERTISEMENT