Harga Saham Bank Neo Commerce Melesat 470 Persen, Tapi Rugi Rp 132 Miliar

30 Agustus 2021 16:21 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Bank Neo Commerce. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Bank Neo Commerce. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) mencatatkan kerugian sebelum pajak sebesar Rp 132 miliar pada semester I 2021. Padahal bank yang sebelumnya bernama Bank Yudha Bakti itu, harga sahamnya melesat hampir 470 persen setelah bertransformasi jadi bank digital.
ADVERTISEMENT
Direktur Utama Bank Neo Commerce, Tjandra Gunawan mengatakan penurunan laba bersih selama semester I 2021 itu disebabkan transformasi perseroan menjadi bank digital.
“Perseroan terus mengalokasikan belanja modal untuk investasi di sisi teknologi, pengembangan sumber daya, dan juga pengembangan aplikasi agar sesuai dengan kebutuhan pengguna, termasuk biaya promosi,” kata Tjandra melalui keterangan tertulis, Senin (30/8).
Salah satu yang menyebabkan pencatatan rugi pada paruh pertama 2021 ini adalah beban operasional BBYB yang meningkat sangat signifikan. Yaitu dari Rp 76 miliar per Juni 2020 menjadi Rp 268 miliar per Juni 2021.
“Salah satu faktor yang menjadi penggerak utama peningkatan biaya operasional adalah sejak satu tahun terakhir, setelah resmi mengumumkan transformasi menjadi bank digital, BNC aktif melakukan investasi khususnya di bidang teknologi dan keamanan digital yang merupakan sesuatu yang sangat penting yang harus BNC bangun secara serius,” jelasnya.
Ilustrasi transaksi online melalui layanan digital banking. Foto: Shutterstock
Selain faktor investasi di teknologi, kata Tjandra, penurunan laba bersih di semester I tahun 2021 ini juga karena investasi di keamanan digital. “Sejalan dengan new digital user growth (pertumbuhan pelanggan bank digital), tentunya akan ada pos-pos biaya yang meningkat secara linear dengan pertumbuhan digital user kami tersebut,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Padahal pada saat yang sama, harga saham BBYB melesat hampir 470 persen sepanjang 2021. Yakni dari Rp 286,38 di awal tahun, jadi Rp 1.630 per saham pada perdagangan Senin (30/8) hari ini. Hal ini sejalan dengan transformasi bank tersebut jadi bank digital.

Kredit dan Pendapatan Meningkat

Tjandra menilai kinerja hingga semester I 2021 ini masih wajar. Seluruh pengeluaran dari perusahaan, kata dia, selalu berdasarkan penilaian dan peninjauan yang cermat serta proyeksi jangka panjang yang matang. Dalam laporan keuangan semester I, BNC tercatat telah menyalurkan kredit sebesar Rp 3,8 triliun per posisi Juni 2021 atau meningkat lebih dari 30 persen dibandingkan Juni 2020 yang sebesar Rp 2,9 triliun.
Peningkatan ini berimbas pada kenaikan pendapatan bunga bersih (net interest income) sebesar 42 persen atau setara dengan Rp 40 miliar, dari Rp 96 miliar di periode Juni 2020 menjadi Rp 136 miliar di Juni 2021.
ADVERTISEMENT
Di sisi aset, Bank Neo Commerce juga terdapat kenaikan yang signifikan yaitu sebesar 75 persen menjadi Rp 7 triliun di Juni 2021 dari Rp 4 triliun di Juni 2020 . Kenaikan di sisi aset bank tersebut, juga dimotori oleh kenaikan signifikan sebesar 70 persen menjadi Rp 5,1 triliun pada Juni 2021dari perolehan di Juni 2020 yang sebesar Rp 3 triliun.