Hasil Lawatan ke Dubai, Jokowi Bawa 'Oleh-oleh' Investasi Rp 457 Triliun Buat RI

4 November 2021 20:35 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Joko Widodo saat pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri Persatuan Emirat Arab (PEA), di Dubai, Kamis (4/11). Foto: Laily Rachev/Biro Pers Sekretariat Presiden
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo saat pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri Persatuan Emirat Arab (PEA), di Dubai, Kamis (4/11). Foto: Laily Rachev/Biro Pers Sekretariat Presiden
ADVERTISEMENT
Presiden Jokowi membawa 'oleh-oleh' investasi hasil dari lawatannya ke Persatuan Emirat Arab (PEA) di Dubai, Uni Emirat Arab. Pertemuan ini telah menghasilkan komitmen bisnis dan investasi senilai USD 32,7 miliar atau setara Rp 457 triliun (kurs Rp 14.000 per USD).
ADVERTISEMENT
Nilai komitmen dan investasi itu didapat dari 19 perjanjian kerja sama yang dilakukan di Dubai pada Kamis, (4/11). Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi dalam keterangannya di Hotel Emirates Palace, Abu Dhabi.
Retno menjelaskan komitmen bisnis dan investasi tersebut menjadi salah satu bahasan saat Presiden Jokowi bertemu dengan Putra Mahkota Abu Dhabi, Sheikh Mohammed Bin Zayed Al Nahyan (MBZ) di Istana Al-Shatie, Abu Dhabi.
"Kedua pemimpin membahas kemajuan kerja sama investasi antara kedua negara. Sebagai informasi, selama kunjungan ini terdapat komitmen bisnis dan investasi senilai USD 32,7 miliar dari 19 perjanjian kerja sama," ujar Retno dalam keterangan tertulis.
Komitmen bisnis dan investasi tersebut antara lain kerja sama antara Indonesia Investment Authority (INA) dengan Abu Dhabi Growth Fund (ADG), INA dan DP World, floating solar panel antara Masdar dan Pertamina, refinery Balikpapan, manufaktur dan distribusi vaksin dan bio product. Selain itu juga berbagai kesepakatan G42 dengan mitra di Indonesia, antara lain di bidang smart cities, telekomunikasi, pengembangan laboratorium genomic, dan lain sebagainya.
Presiden Joko Widodo saat pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri Persatuan Emirat Arab (PEA), di Dubai, Kamis (4/11). Foto: Laily Rachev/Biro Pers Sekretariat Presiden
"Jika ditotal, maka nilai komitmen yang diperoleh sampai titik ini, dalam kunjungan ini, adalah USD 32,7 miliar. Di bidang investasi besok, Menteri Investasi masih akan melakukan pertemuan investasi dan juga ada pertemuan dengan perusahaan besar Amerika yang mudah-mudahan akan ada komitmen-komitmen baru," paparnya.
ADVERTISEMENT

Indonesia Berikan Karpet Merah Bagi Investor Berbagai Negara

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, menjelaskan Indonesia akan memberikan karpet merah bagi semua negara untuk melakukan realisasi investasi di Indonesia dan tidak hanya condong kepada satu negara. Atas dasar itu, dia akan melakukan perjanjian dengan salah satu pengusaha dari Amerika.
"Sekarang kita lagi melakukan negosiasi akhir sampai dengan tengah malam, yang akan masuk di bidang hilirisasi. Kenapa hilirisasi? Salah satu visi besar Bapak Presiden pada poin kelima adalah tentang bagaimana membangun transformasi ekonomi di mana transformasi ekonomi wujudnya adalah nilai tambah dengan industrialisasi. Ini akan kita buat dan kita umumkan besok nanti," ujar Bahlil.
ADVERTISEMENT
Bahlil berharap, nilai USD 32,7 miliar yang telah ada bisa dongkrak lagi menjadi paling tidak di atas USD 35 miliar.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menyapa Presiden Indonesia Joko Widodo saat mereka tiba untuk menghadiri Konferensi Perubahan Iklim PBB COP26 di Glasgow, Skotlandia, Senin (1/11). Foto: STEFAN ROUSSEAU/POOL/AFP
Sebelumnya, saat Presiden Jokowi bertemu dengan para investor di Glasgow di sela-sela KTT Pemimpin Dunia COP26, Indonesia juga mendapatkan komitmen investasi sebesar USD 9,2 miliar. Sehingga jika ditotal dengan jumlah komitmen investasi yang didapat di PEA, jumlahnya mencapai USD 41,99 miliar.
Selain di bidang investasi, dalam pertemuan antara Presiden Jokowi dengan Pangeran MBZ juga dibahas isu di bidang perdagangan. Kedua pemimpin sepakat agar perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif atau Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) antara kedua negara dapat segera diselesaikan.
"Perundingan sudah dilakukan beberapa kali dan Presiden mengharapkan pada bulan Maret 2022 perundingan dapat diselesaikan," ucap Retno.
ADVERTISEMENT