Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.3
20 Ramadhan 1446 HKamis, 20 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
IHSG Ambruk, Modal Asing Kabur Rp 26,92 Triliun dari Pasar Saham
18 Maret 2025 13:52 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mengalami tekanan hebat dalam beberapa hari terakhir. Pada perdagangan sesi I hari ini, Selasa (18/3), IHSG terjun bebas hingga 395,87 poin atau 6,12 persen, menutup sesi di level 6.076,08. Bahkan, pukul 11:19:31 WIB, Bursa Efek Indonesia (BEI) terpaksa membekukan perdagangan selama 30 menit setelah IHSG anjlok lebih dari 5 persen.
ADVERTISEMENT
Aliran modal asing pun mencerminkan sentimen negatif pasar. Berdasarkan data RTI, investor asing sudah menarik dana sebesar Rp 26,92 triliun dari pasar saham secara tahun berjalan (year to date/ytd).
Di sisi lain, Berdasarkan data Bloomberg pukul 11.45 WIB, nilai tukar rupiah melemah 56,50 poin atau 0,34 persen ke level Rp 16.462 per dolar AS.
Pengamat pasar modal, Ibrahim Assuaibi, menilai anjloknya IHSG tidak lepas dari berbagai faktor global dan domestik. Salah satunya adalah ketidakpastian ekonomi global akibat kebijakan perdagangan Amerika Serikat yang semakin agresif terhadap mitra dagangnya.
"IHSG mengalami penurunan yang saya lihat cukup signifikan, hampir 4,9 persen ya di 6.154, ya dari kemarin yang kita lihat di 6.600-an ya ini jeblok turun cukup luar biasa," ujar Ibrahim kepada kumparan, Selasa (18/3).
ADVERTISEMENT
Ia menjelaskan perang dagang yang terus memanas, terutama kebijakan tarif impor AS terhadap negara-negara seperti Tiongkok, Uni Eropa, Kanada, dan Meksiko, telah membuat investor semakin waspada. Selain itu, gejolak geopolitik di Timur Tengah, terutama konflik terbaru antara Israel dan Hamas, turut memicu kekhawatiran di pasar global.
"Kemudian yang terakhir kita melihat adalah gejolak konflik ya yang begitu dahsyat terjadi kembali di Timur Tengah di mana Israel melakukan penyerangan terhadap Jalur Gaza ya bahkan ada 121 manusia yang meninggal ini mengindikasikan bahwa perang terbuka antara Hamas dan Israel yang direstui oleh Amerika Serikat kembali lagi terjadi dan ini yang membuat dolar kembali lagi menguat," jelasnya.
Di dalam negeri, lanjut Ibrahim, ketidakpastian ekonomi juga turut menekan pasar. Defisit anggaran yang melebar menjadi perhatian utama, terutama setelah Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan kondisi fiskal yang kurang menggembirakan. Fluktuasi nilai tukar rupiah yang kian melemah juga menjadi sinyal negatif bagi investor.
ADVERTISEMENT
"Fluktuasi nilai tukar rupiah pun juga kalau kita lihat bahwa ada kemungkinan besar dengan perang dagang yang begitu dahsyat saat ini ini pasti akan mempengaruhi pelemahan mata uang rupiah bahkan banyak yang menerka rupiah ini akan ke Rp 16.900 sampai akhir tahun," ujarnya.
Kepercayaan Investor Terguncang
Ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin, menyoroti beberapa isu utama yang membuat IHSG terus melemah. Ia menyebut bahwa kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang buruk, kebijakan pemerintah yang dianggap tidak realistis, serta berbagai isu mega korupsi telah merusak kepercayaan investor.
"Ada beberapa isu penyebab IHSG memburuk: akibat hasil APBN Februari yang buruk dan outlook fiskal yang berat di 2025, akibat kebijakan Pemerintah yang tidak realistis dan tanpa teknokrasi yang jelas, akibat berbagai isu mega korupsi yang merusak trust," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, kekhawatiran terhadap Dwi Fungsi TNI dan kemungkinan penurunan peringkat kredit Indonesia juga semakin menekan kepercayaan pasar. Fitch dan Moody’s dijadwalkan mengumumkan peringkat kredit Indonesia pada Maret-April, sementara S&P akan menyusul pada Juni-Juli.
Ketika ditanya apakah ada kaitannya dengan isu pengunduran diri Sri Mulyani, ia menilai hal tersebut tidak terlalu berpengaruh signifikan terhadap sentimen pasar.
"Bisa jadi, tetapi tidak terlalu dominan. Beberapa teman di market yakin Bu Sri Mulyani tetap bertahan," ujarnya.
Bursa Efek Indonesia (BEI) membekukan sementara perdagangan (trading halt) sistem perdagangan pada pukul 11:19:31 waktu Jakarta Automated Trading System (JATS). Hal ini dipicu oleh penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencapai 5,02% ke 6.146.