Imbas Pandemi, Konsumsi Listrik Tahun Ini Diprediksi Turun 6,25 Persen

30 Juli 2020 23:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi gardu listrik PLN. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi gardu listrik PLN. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
ADVERTISEMENT
Pandemi COVID-19 membuat konsumsi listrik menurun, sebab aktivitas masyarakat sangat terbatas ditambah adanya pemberlakukan bekerja maupun belajar dari rumah.
ADVERTISEMENT
Jika kondisi ini masih terus berlanjut, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana mengatakan, pertumbuhan konsumsi listrik sampai Desember 2020 bakal minus 6,25 persen dibandingkan realisasi 2019 (year on year/yoy). Menurut Rida, prediksi pertumbuhan minus 6,5 persen ini merupakan skenario terburuk yang dibuat oleh PLN.
“PLN memproyeksikan jika pandemi berlanjut, skenario yang mungkin terjadi pertumhuhan 2020 sampai Desember, growthnya minus 6,25 persen yoy,” ungkap Rida dalam konferensi pers daring Capaian Kinerja Subsektor Ketenagalistrikan, Kamis (30/7).
Sejatinya tren penurunan konsumsi listrik ini sudah terlihat mulai semester I 2020. Per Juni 2020, konsumsi listrik dari pelanggan golongan sosial turun 1,13 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2019. Konsumsi listrik pelanggan golongan bisnis juga turun 6,68 persen yoy. Sedangkan penurunan paling besar tercatat dari pelanggan golongan industri yang turun 7,18 persen yoy.
Dirjen Ketenagalistrikan Rida Mulyana. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Namun di sisi lain adanya WFH selama pandemi ternyata membuat konsumsi listrik pelanggan rumah tangga tercatat naik 9,84 persen yoy. Sedangkan konsumsi listrik pemerintah juga tumbuh tipis 1 persen secara yoy.
ADVERTISEMENT
Tetapi kenaikan tertinggi, justru disumbang oleh konsumsi dari pelanggan traksi curah dan layanan khusus. Salah satunya dari beroperasinya LRT dan Kawasan Energi Khusus (KEK). “LRT itu mereka belinya curah. Kenaikan dibanding Juni 2019 lalu hampir 43 persen. Itu mendominasi,” ujarnya.
Secara wilayah penurunan terbesar terjadi di Bali yaitu turun 32,87 persen, Banten turun 12,82 persen, Jawa Barat turun 10,57 persen, Sumatera Barat turun 7,12 persen, Sulawesi Selatan-Tenggara turun 7,68 persen, Jawa Timur turun 6,32 persen, Jawa Tengah turun 6,28 persen, Jakarta raya-Tangerang turun 5,62 persen.