Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.87.1
Impor Jagung Berkurang Bikin Impor Gandum Meningkat
21 Februari 2019 12:29 WIB
Diperbarui 21 Maret 2019 0:03 WIB
ADVERTISEMENT
Pemerintahan Jokowi dinilai berhasil menekan impor jagung hingga 70 persen sejak 2014-2018. Namun, penurunan impor jagung tersebut menyebabkan meningkatnya impor gandum.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS ), impor jagung selama 2018 mencapai 737.228 ton, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 517.419 ton. Namun impor jagung tersebut jauh lebih rendah dibandingkan 2014 yang mencapai 3,24 juta ton, 2015 mencapai 3,26 juta ton, dan 2016 yang 1,13 juta ton.
Direktur Eksekutif Pusat Kajian Pertanian dan Advokasi (Pataka) Yeka Hendra mengatakan, penurunan impor jagung tersebut menyebabkan permintaan terhadap gandum meningkat. Sebab para peternak menjadikan gandum sebagai alternatif pakan.
Berdasarkan data Asosiasi Tepung Terigu Indonesia (Aptindo), impor gandum Indonesia di 2017 sebesar 11,48 juta ton, naik 9 persen dari tahun sebelumnya yang hanya 10,15 juta ton.
"Impor jagung berhasil diturunkan yes, bukan hoax. Impor gandum untuk pakan justru meningkat karena jagungnya dikendalikan. Jadi para peternak ini cari pengganti untuk pakan, yaitu gandum," ujar Yeka di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Kamis (21/2).
ADVERTISEMENT
Untuk di 2018, Yeka memperkirakan jumlah impor gandum akan menurun lantaran harga gandum dunia yang meningkat ditambah pelemahan nilai tukar rupiah. Namun dia memprediksi, angka impor gandum selama tahun lalu tak akan berbeda jauh dengan 2017.
"Kalau untuk 2018 diperkirakan menurun karena nilai kurs yang juga melemah di tahun lalu dan harga gandum yang juga meningkat," katanya.
Menteri Pertanian Amran Sulaiman sebelumnya menuturkan, sejak tahun 2016-2018 sebagian pabrik pakan melakukan upaya-upaya rasionalisasi agar pakan bisa murah dengan mencampurkan gandum sebagai substitusi sebagian jagung.
Kenaikan harga gandum akibat melemahnya nilai tukar rupiah membuat pabrik pakan melakukan rasionalisasi dengan menggantikan sebagian komponen bahan pakan semula dari gandum impor menjadi dari jagung lokal. Sehingga izin impor gandum pakan sebanyak 200 ribu ton untuk pabrik pakan besar tidak direalisasikan, namun mereka menggantikannya dengan membeli jagung lokal.
ADVERTISEMENT
Dampak pengalihan gandum ke jagung oleh pabrik pakan besar menyebabkan suplai jagung ke peternak kecil, menciut. Kondisi inilah yang terjadi pada pertengahan Oktober hingga awal November 2018, di mana ketersediaan jagung bagi peternak kecil berkurang dan harganya menjadi naik.
"Ini kan ada pakan, gandum untuk pakan ternak. Ada jarak 200 ribu ton, kami kasih jatah rekomendasi untuk impor tapi perusahaan besar ini tidak impor. Kenapa? Nilai dolar naik Rp 2.000. Impor mahal, lebih baik ambil jagung lebih murah, berteriak lah peternak," ujar Amran dalam wawancara khusus dengan kumparan beberapa waktu lalu.