Indef Sarankan Pemerintah Batalkan Kebijakan Bea Masuk Antidumping Keramik Impor

16 Agustus 2024 7:49 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Impor Keramik. Foto: Yoesoep Adji/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Impor Keramik. Foto: Yoesoep Adji/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kepala Pusat Industri, Perdagangan dan Investasi di The Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Andry Satrio Nugroho, menyarankan pemerintah membatalkan atau menunda pengenaan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) yang diusulkan Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) terhadap produk keramik dari China.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, usulan KADI itu tidak tepat dan harus dilakukan peninjauan ulang. Ia menilai jika dipaksakan maka perdagangan dan perekonomian Indonesia terdampak implikasi negatif, salah satunya menyangkut kelangkaan stok keramik di pasaran berimbas terhadap kenaikan harga.
“Dalam hal ini pressure kepada Kementerian Keuangan bahwa Kementerian Keuangan harus melihat apakah memang saran ini tepat atau rekomendasi ini tepat, karena tentu yang kita takutkan implikasinya bermacam-macam, jangan sampai satu regulasi berimplikasi ke beberapa hal yang tentunya yang tidak kita inginkan ke depannya,” ujar Andry melalui keterangan tertulis, Jumat (16/8).
Andry mngatakan saat ini saja sebelum BMAD ditetapkan ada kebutuhan keramik yang tinggi dan mulai terjadi kelangkaan di pasar. Hal ini menghambat masyarakat untuk membangun rumah, termasuk para kontraktor yang sedang mengerjakan konstruksi perumahan terkena imbasnya.
ADVERTISEMENT
“Pemerintah harus jelas terkait dengan regulasi ini, karena kita tahu bahwa belum ditentukan keputusan dari BMAD ini, iya atau tidak, barang itu sudah langka. Kalau barang sudah langka real estate sulit untuk membangun padahal kontrak sudah berjalan, konstruksi sudah berjalan, kita juga melihat masyarakat pada akhirnya harus menanggung biaya akibat kelangkaan ini,” ujar Andry.
Kelangkaan ini menurut Andry mengerek harga keramik naik dan memukul daya beli masyarakat menjadi turun. Andry mengimbau pemerintah supaya tidak membuat kebijakan kontraproduktif yang membuat tekanan terhadap konsumsi masyarakat.
Andry mempertanyakan rencana penerapan BMAD yang awalnya mencapai 200 persen kini berubah turun menjadi sekitar 40-50 persen. Menurunya mau sekecil apapun tarif yang dipatok harus dibuktikan secara objektif terlebih dahulu bahwa telah terjadi dumping.
ADVERTISEMENT
“Regulasi itu harus jelas bahkan mau dibuat 10 persen sekalipun, kecil sekalipun harus terbukti bahwa ternyata memang terbukti dumping sebesar 10 persen, sehingga kita bisa mengenakan bea masuk 10 persen, nah ini tidak ada buktinya apa?” ungkap Andry.
Andry meminta KADI membuka data kepada masyarakat secara objektif dengan angka yang akurat dan transparan jika memang telah terjadi dumping. Jika KADI tidak mampu membuktikan hal tersebut, Andry meminta untuk dilakukan kajian ulang yang lebih mendalam.
Lebih lanjut, Andry menuturkan jangan sampai kemudian pihak China melakukan balasan terhadap produk-produk dalam negeri.
“Jangan sampai nanti otoritas dari China mempertanyakan dan pada akhirnya mereka juga membalas pengenaan bea masuk anti dumping untuk produk-produk kita, padahal kita tidak melakukan dumping. Nah itu yang kami takutkan sih sebetulnya, proses balasan ini yang bisa terjadi,” tutur Andry.
ADVERTISEMENT

Keramik Impor Bakal Kena Bea Masuk Antidumping 50%, Aturan Segera Diteken Menkeu

Kepala Badan Kebijakan Perdagangan (BKPerdag) Kemendag Kasan di sela-sela acara Gambir Trade Talk 15 di Jakarta Pusat, Rabu (14/8/2024). Foto: Widya Islamiati/kumparan
Kementerian Perdagangan (Kemendag) membeberkan besaran Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) impor keramik akan segera diketok. Kepala Badan Kebijakan Perdagangan (BKPerdag) Kemendag, Kasan, menuturkan Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) telah selesai melakukan penyelidikan dan saat ini pemberlakuan BMAD sedang menunggu Peraturan Menteri Keuangan (PMK) terbit.
"Keramik tunggu saja, sudah disampaikan (ke Menkeu), nanti tinggal ditunggu PMK-nya," kata Kasan di sela-sela acara Gambir Trade Talk 15 di Jakarta Pusat, Rabu (14/8).
Kasan bilang, pihaknya masih enggan membocorkan besaran BMAD impor keramik yang segera diketok tersebut. Hanya saja, Kasan menanggapi kabar yang sebelumnya beredar mengenai BMAD impor keramik yang disebutkan akan sebesar 200 persen.
ADVERTISEMENT
"Seperti yang disampaikan Pak Mendag saja mungkin segitu (40 persen hingga 50 persen), (kalau) 200 persen itu tidak semua perusahaan rata, itu dari KADI, yang tidak kooperatif, rekomendasi 199,8 persen atau dibulatin 200 persen, tapi itu belum jadi keputusan pemerintah, KADI hanya menyelidiki, berapa margin yang ditemukan, baru pemerintah yang memutuskan," jelas Kasan.