Indonesia Ajak Malaysia dan Thailand Perjuangkan Nasib Petani Karet

8 Desember 2019 14:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang petani melakukan penyadapan getah karet di Perkebunan PTPN VIII Panglejar, Rajamandala, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Rabu (3/7/2019). Foto: ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi
zoom-in-whitePerbesar
Seorang petani melakukan penyadapan getah karet di Perkebunan PTPN VIII Panglejar, Rajamandala, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Rabu (3/7/2019). Foto: ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi
ADVERTISEMENT
Indonesia mengajak Thailand dan Malaysia sebagai negara anggota International Tripartite Rubber Council (ITRC) untuk melindungi petani karet dan menyusun langkah bersama mengatasi berbagai persoalan karet alam. Hal tersebut disampaikan Indonesia yang memimpin pertemuan ITRC yang diselenggarakan di Jakarta pada 2—5 Desember 2019.
ADVERTISEMENT
“Pertemuan ini membahas situasi pasar karet alam global dan menyusun upaya konkret dalam mengatasi persoalan rendahnya harga karet alam yang berdampak langsung bagi kesejahteraan petani karet. Untuk itu, kita perlu melindungi petani karet dengan berbagai langkah yang telah direncanakan,” ujar Direktur Perundingan APEC dan Organisasi Internasional Kementerian Perdagangan, Antonius Yudi Triantoro, dalam keterangan tertulis, Minggu (8/12).
Dalam pertemuan ini, dicapai dua kesepakatan, yaitu negara anggota ITRC sepakat untuk terus berkomitmen dalam menjaga pasokan karet alam melalui skema ITRC dan memperluas kerangka kerja sama dengan negara produsen lainnya.
ITRC memiliki skema menjaga pasokan karet alam melalui Skema Pengelolaan Pasokan (Supply Management Scheme/SMS) dan Skema Pembatasan Ekspor (Agreed Export Tonnage Scheme/AETS). Untuk meningkatkan konsumsi karet di tiga negara, ITRC membentuk Skema Promosi Permintaan (Demand Promotion Scheme/DPS) sebagai wadah bagi Negara anggota untuk menyampaikan strategi peningkatan penggunaan karet alam di dalam negeri seperti penggunaan karet sebagai campuran aspal dan berbagai inovasi produk berbasis karet alam.
Peserta Pelatihan Petani Pemandu mengikuti sesi pengamatan di kawasan perkebunan karet. Foto: ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan
Skema ITRC bertujuan untuk menjaga keberlanjutan karet alam melalui stabilisasi harga karet alam dunia. Keberlanjutan sektor karet alam harus terus diperjuangkan. Perbaikan harga terus diupayakan agar petani dapat terus membudidayakan tanaman karetnya.
ADVERTISEMENT
Harga karet yang rendah, turut membuat petani menurunkan kualitas perawatan tanamannya dengan mengurangi penggunaan pupuk dan pestisida. Sehingga, mengakibatkan daun karet di Indonesia, Malaysia, dan Thailand terkena serangan penyakit pestalotipsis. Hal tersebut membuat penyakit ini terus berkembang dan semakin mengurangi produksi karet alam.
Selain itu, dengan memperluas kerangka kerja sama dengan negara produsen lainnya diharapkan nantinya langkah yang diambil akan berdampak lebih signifikan bagi pasar karet alam global.
“Kita perlu menggandeng negara produsen lain, khususnya di negara ASEAN, serta organisasi karet lainnya seperti The Association of Natural Rubber Producing Countries (ANRPC) untuk bersinergi dalam mengatasi berbagai masalah yang ada,” pungkas Yudi.
Sekilas Mengenai Karet Alam Indonesia
Indonesia merupakan negara penghasil karet alam terbesar kedua di dunia. Pada 2018, Indonesia memproduksi 3,63 juta ton dari lahan perkebunan karet seluas 3,67 juta hektare. Indonesia mengekspor 83 persendari total produksi karet alam atau sebanyak 2,95 juta ton dengan nilai USD 4,16 miliar. Sisanya, sebesar 17 persen digunakan untuk konsumsi pasar domestik.
ADVERTISEMENT
Karet alam juga merupakan komoditas ekspor pertanian kedua terbesar Indonesia setelah kelapa sawit dengan negara tujuan ekspor utama Amerika Serikat, Jepang, China, India, dan Korea Selatan.