Indonesia Minta Diskon Rp 11 Triliun ke Korsel untuk Proyek Pesawat Tempur KF-21

10 Mei 2024 11:32 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Prototipe jet tempur KF-21/KFX yang dikembangkan Korea Selatan bersama Indonesia. Foto: Dok. Korea Aerospace Industries
zoom-in-whitePerbesar
Prototipe jet tempur KF-21/KFX yang dikembangkan Korea Selatan bersama Indonesia. Foto: Dok. Korea Aerospace Industries
ADVERTISEMENT
Indonesia meminta diskon pembayaran proyek bersama pesawat tempur dengan Korea Selatan. Pemerintah meminta diskon sepertiga dari biaya yang semestinya ditanggung Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Reuters, Indonesia baru-baru ini menyarankan kepada pemerintah Korea Selatan bahwa mereka akan membayar sekitar 600 miliar won (USD 442,47 juta) untuk proyek jet tempur gabungan KF-21, dilaporkan oleh kantor berita Korea Selatan, Yonhap.
Jumlah awal yang harus dibayarkan untuk bagian Indonesia dalam proyek pesawat tempur gabungan ini sebelumnya ditetapkan sekitar 1,6 triliun won pada Juni 2026. Dengan proposal tersebut, Indonesia menego untuk dapat memangkas biaya 1 triliun Won, atau sekitar Rp 11,71 triliun (kurs Rp 11,72 per Won)
“Agar berhasil menyelesaikan pengembangan sistem KF-21, pemerintah Korea Selatan dan Indonesia sedang melakukan negosiasi akhir untuk menyelesaikan masalah pembagian biaya saat ini,” kata Administrasi Program Akuisisi Pertahanan Korea Selatan dalam sebuah pernyataan kepada Reuters.
ADVERTISEMENT
Alasannya, pihak Indonesia akan menerima lebih sedikit transfer teknologi dari Korea Selatan sebagai bagian dari langkahnya untuk mengurangi bagian biaya yang harus ditanggung.
Korea Selatan dan Indonesia pada tahun 2022 menyepakati pendanaan untuk proyek pesawat jet tempur bersama senilai lebih dari 8 triliun won setelah Indonesia menghentikan pembayaran 20 persen bagiannya dari biaya pengembangan.
Usulan terbaru pemerintah Indonesia muncul setelah polisi Korea Selatan menggerebek kantor pusat Korea Aerospace Industries (KAI) pada Maret lalu terkait dua warga negara Indonesia yang dituduh membocorkan teknologi terkait proyek jet tempur KF-21.
Sementara, dikutip dari Indonesia Business Post, Analis Militer Lembaga Kajian Pertahanan dan Strategi Indonesia, Beni Sukadis mengatakan meskipun pengurangan ini mungkin mengindikasikan kendala finansial, kolaborasi dengan KAI tetap menjadi prioritas untuk mengembangkan jet tempur KF-21 yang merupakan proyek strategis bagi Indonesia.
ADVERTISEMENT
“Dengan menjaga kerja sama ini diharapkan Indonesia tetap dapat mengakses teknologi dan pengetahuan terkini di industri dirgantara, sekaligus mengurangi beban finansial,” kata Beni kepada Indonesia Business Post.
Prototipe jet tempur KF-21/KFX yang dikembangkan Korea Selatan bersama Indonesia. Foto: Dok. Korea Aerospace Industries
Selain itu, menurutnya Indonesia dapat menjaga hubungan baik dengan Korea Selatan dalam melanjutkan kerja sama pembuatan jet tempur ini dan kemungkinan kerja sama pengadaan alutsista lainnya di masa mendatang.
"Dengan mengurangi kewajiban membayar dalam proyek KF-21 ini, pemerintah berupaya memastikan sumber daya yang terbatas dapat dialokasikan secara lebih efektif untuk memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat serta meningkatkan kedaulatan dan keamanan negara," kata Beni.
Adapun dalam kontrak kerja sama proyek pesawat tempur jet itu, pemerintah Korsel menanggung 60 persen pembiayaan, dan sisanya dibagi rata antara Indonesia dan Korea Aerospace Industry (KAI) masing-masing 20 persen.
ADVERTISEMENT
Indonesia menunggak USD 671 juta dari total pembayaran USD 1,3 miliar kepada Korsel. Penunggakan disebabkan masalah keuangan yang dihadapi Indonesia.
Tahun lalu ketika ditemui awak media, Menhan Prabowo Subianto memastikan Indonesia akan memenuhi komitmen Indonesia menyelesaikan tunggakan biaya yang harus dibayarkan dalam proyek pesawat tempur bersama Korea Selatan.
"Ya, itu memang akan kita negosiasi terus sama mereka. Pokoknya kita akan penuhi komitmen-komitmen kita," kata Prabowo di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (26/6).