Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
10 Ramadhan 1446 HSenin, 10 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dengan terkonfirmasinya resesi ini, pemerintah meminta masyarakat untuk tidak terlalu khawatir. Ekonom Bank BCA David Sumual mengatakan, alih-alih merasa panik atau khawatir, masyarakat diimbau agar tetap inovatif dan jeli mencari peluang khususnya dalam berbisnis.
“Apa yang perlu dilakukan masyarakat? Saya pikir sekarang mereka tetap struggle tapi harus inovatif. Masyarakat juga harus tetap berupaya. Ada inovasi-inovasi baru yang bisa lakukan,” ujar David kepada kumparan, Jumat (6/11).
David tidak menampik bahwa selama ini masyarakat juga sudah cukup banyak berjuang. Misalnya bagi pengusaha, banyak yang sudah mencoba beralih ke jualan online dengan memanfaatkan platform digital. “Banyak sektor yang masih bisa didorong walaupun mungkin yang lain belum ya seperti tourism dan angkutan udara,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
David optimistis pemulihan ekonomi akan terjadi meskipun butuh waktu dan tidak bisa instan. Menurutnya di kuartal IV nanti pertumbuhan ekonomi akan membaik dan berlanjut di 2021. Harapannya di tahun depan, pertumbuhan ekonomi akan kembali pada level seperti di 2019.
“Mulai kuartal IV akan gradual dan speedy recovery. Perlahan dan stabil untuk ke depan pelan-pelan akan pulih. Enggak akan pulihnya langsung jumping gitu. Kuartal IV bakal bagus, kuartal I 2021 positifnya lumayan, sehingga total bisa pulih seperti ke 2019 sekitar 5 persenan bisa tercapai,” ujarnya.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, kondisi resesi ini akan berdampak pada masyarakat. Misalnya pendapatan di kelompok masyarakat menengah dan bawah akan menurun secara signifikan. “Akan ada orang miskin baru,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, dengan terjadinya resesi, desa akan menjadi tempat migrasi pengangguran dari kawasan industri ke daerah-daerah karena gelombang PHK massal. Angkatan kerja baru juga akan semakin sulit bersaing karena lowongan kerja menurun, sementara perusahaan akan memprioritaskan karyawan yang sudah berpengalaman.
Hal ini akan membuat masyarakat cenderung berhemat untuk membeli barang sekunder dan tersier. Fokus masyarakat hanya pada barang kebutuhan pokok dan kesehatan.
“Konflik sosial di masyarakat bisa meningkat karena ketimpangan semakin lebar. Orang kaya bisa tetap survive selain karena aset masih cukup juga karena digitalisasi. Sementara kelas menengah rentan miskin, tidak semua dapat melakukan WFH. Di saat yang bersamaan pendapatan menurun,” ujarnya.