Industri Penerbangan Asia Pasifik Mulai Pulih, tapi Terancam Konflik Geopolitik

10 November 2023 9:40 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur Jenderal Association of Asia Pacific Airlines (AAPA), Subhas Menon, saat welcoming dinner pertemuan AAPA di Singapura. Foto: Moh Fajri/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Jenderal Association of Asia Pacific Airlines (AAPA), Subhas Menon, saat welcoming dinner pertemuan AAPA di Singapura. Foto: Moh Fajri/kumparan
ADVERTISEMENT
Industri penerbangan di Asia Pasifik kini perlahan mulai pulih setelah sempat terhenti karena pandemi COVID-19. Direktur Jenderal Association of Asia Pacific Airlines (AAPA), Subhas Menon, mengatakan permintaan perjalanan udara di Asia Pasifik meningkat setiap bulan.
ADVERTISEMENT
Namun, permintaan tersebut belum mencapai level sebelum pandemi COVID-19. Kapasitas penumpang pesawat di Asia Pasifik mencapai 77 persen pada Agustus 2023 dari tingkat sebelum pandemi.
Lalu lintas penumpang yang melakukan perjalanan internasional di Asia Pasifik meningkat dua kali lipat dari tahun sebelumnya pada Agustus 2023 dan diperkirakan akan mencapai 80 persen dari tingkat sebelum pandemi pada akhir tahun ini.
“2023 adalah tahun yang menentukan untuk penerbangan Asia Pasifik. Perjalanan udara kembali maju meskipun semakin luas perekonomian global mulai melemah," kata Menon saat pertemuan AAPA di Singapura, Jumat (10/11).
AAPA merupakan asosiasi maskapai penerbangan se-Asia Pasifik yang anggotanya terdiri dari Air Astana, Air India, All Nippon Airways, Bangkok Airways, Cathay Pacific Airways, China Airlines, EVA Air, Garuda Indonesia, Japan Airlines, Malaysia Airlines, Philippine Airlines, Royal Brunei Airlines, Singapore Airlines, dan Thai Airways International.
Suasana pertemuan asosiasi maskapai se-Asia Pasifik di Singapura. Foto: Moh Fajri/kumparan
Di tengah mulai menggeliatnya permintaan perjalanan udara, industri penerbangan kini terancam kembali terganggu dengan masalah geopolitik atau perang yang terjadi antara Rusia melawan Ukraina. Apalagi dengan memanasnya konflik Hamas-Israel.
ADVERTISEMENT
Menon menuturkan kondisi geopolitik tersebut belum ditambah dengan terkait perubahan iklim yang bisa juga berdampak ke kinerja industri penerbangan.
"Ketika tampaknya akan kembali tumbuh, industri ini harus menavigasi realitas geopolitik, ekonomi dan iklim yang menantang," tutur Menon.