Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi pada Januari 2017 mencapai 0,97 persen, naik dibandingkan Desember 2016 yang tercatat 0,42 persen. Adapun laju inflasi dari Januari 2016-Januari 2017 (year on year) sebesar 3,49 persen.
ADVERTISEMENT
Kepala BPS, Suhariyanto, mengatakan dari 82 kota IHK di Indonesia seluruhnya mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Pontianak sebesar 1,82 persen dan inflasi terendah di Manokwari sebesar 0,09 persen.
"Inflasi Januari 2017 ini lebih rendah dari inflasi Januari 2015. Inflasi Januari 2017 sebesar 0,97 persen dan inflasi tahunan 3,49 persen (yoy)," kata Suhariyanto dalam konferensi pers di kantor BPS, Jakarta, Rabu (1/2).
Menurut Suhariyanto, andil paling besar terhadap inflasi berasal dari sektor transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan yaitu sebesar 2,35 persen atau 44 persen. Hal itu disebabkan adanya kenaikan biaya pengurusan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) dan Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB).
“Kenaikan administrasi biaya perpanjangan STNK andilnya 0,23 persen. Tarif pulsa ponsel andilnya 0,14 persen dan bensin ada penyesuaian harga BBM sebesar 0,08 persen," katanya.
ADVERTISEMENT
Sementara sektor bahan makanan yang biasanya menyumbang inflasi tertinggi diklaim lebih terkendali. Menurut Suhariyanto, andil komponen bahan makanan terhadap inflasi tercatat hanya 0,66 persen. "Ada beberapa komoditi yang menyebar inflasi adalah kenaikan harga cabai rawit andilnya 0,10 persen, ikan segar andilnya 0,07 persen," kata dia.
Suhariyanto mengatakan, beberapa komoditas yang menahan laju inflasi pada Januari 2017 di antaranya cabai merah dan bawang merah. "Beberapa komoditas menahan inflasi karena harganya turun, yaitu cabai merah 0,08 persen dan bawang merah 0,06 persen," ujarnya.