Ini Sosok di Balik FIFA yang Menyulap Sepak Bola Jadi Bisnis Cuan Rp 15,7 T!

22 November 2022 14:01 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Trophy Piala Dunia 2022 Qatar. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Trophy Piala Dunia 2022 Qatar. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Piala Dunia 2022 digelar di Qatar. Melalui ajang kompetisi sepak bola tertinggi itu, FIFA alias Fédération Internationale de Football Association dapat meraup pendapatan fantastis, bahkan melebihi pendapatan ketika Piala Dunia 2018 di Rusia.
ADVERTISEMENT
Merujuk laporan resmi FIFA, pada Piala Dunia Qatar 2022, FIFA mendapat dana sponsor tambahan yang menyentuh angka USD 7,5 miliar (sekitar Rp 117 triliun). Berkat hal itu, FIFA ditaksir bakal meraup keuntungan bersih sebesar USD 1 miliar (sekitar Rp 15,7 triliun).
Didirikan oleh tujuh federasi sepak bola negara Eropa 1904 silam, FIFA kala itu dikelola secara amatir dan tak punya sumber finansial besar, berbeda dengan sekarang. Berikut kumparan merangkum perjalanan FIFA dan sosok di baliknya yang menyulap federasi ini menjadi mesin penghasil uang.
Puluhan tahun awal berdirinya, FIFA mengendalikan sepak bola dari gedung perkantoran di Kota Zurich Swiss. Pada periode tersebut, Piala Dunia dikelola secara amatir, tanpa ada putaran uang besar di dalamnya.
Mantan presiden FIFA, Dr. Joao Havelange Foto: Getty Images/Stringer
Adapun sosok di balik manuver FIFA dan membuatnya menjadi bernilai di mata sponsor kala itu adalah Joao Havelange. Pada kongres FIFA 11 Juni 1974 silam, mantan atlet renang Olimpiade, sekaligus pebisnis asal Brasil tersebut menjanjikan akan memberikan sumber daya dan dana untuk pengembangan sepak bola di Afrika. Dengan janji itu, dia melenggang menjadi Presiden FIFA pada 1974.
ADVERTISEMENT
Setahun berselang, Havelange merekrut Sepp Blatter sebagai Direktur Teknik FIFA. Menyadari FIFA tidak punya modal, Blatter bergerak cepat dan melakukan lobi kepada brand minuman raksasa, Coca-Cola. Pada 1976, Coca-Cola menjadi sponsor pertama yang mendanai FIFA.
Berkat tangan dingin Blatter, brand-brand raksasa mulai mengikuti langkah Coca-Cola. Mulai dari Adidas, perusahaan maskapai penerbangan asal Belanda, KLM. Kemudian perusahaan elektronik, PHILIPS, serta perusahaan kopi asal Brasil, CAFES DO Brasil.
Suasana upacara pembukaan Piala Dunia FIFA Qatar 2022 di Stadion Al Bayt, Al Khor, Qatar, Minggu (20/11/2022). Foto: Fabrizio Bensch/REUTERS
Hanya dalam empat tahun, Havelange dan Blatter membuat brand-brand raksasa masuk mendanai FIFA. Pada 1978 di Argentina, untuk pertama kalinya Piala Dunia digelar dengan menghadirkan perputaran uang yang besar di FIFA.
"Kedatangan Havelange melambangkan masuknya kapitalisme ke tubuh FIFA," kata penulis biografi Joao Havelange, Ernesto Rodrigues dalam film dokumenter FIFA Uncovered.
ADVERTISEMENT
Pasca Piala Dunia 1978 di Argentina, Adidas semakin memperkuat posisinya sebagai sponsor utama FIFA. CEO Adidas kala itu, Horst Dassler, mendirikan perusahaan International Sport and Leisure (ISL).
Pada periode itu, hampir semua uang FIFA berasal dari ISL. Strategi putra Adolf Adi Dassler, pendiri Adidas tersebut, membuat ISL mengendalikan hak pemasaran, iklan di stadion, dan segala unsur komersial pada gelaran Piala Dunia edisi 1982 di Spanyol.
Pesan Piala Dunia Qatar 2022 ditampilkan di dalam stadion sebelum pertandingan Qatar vs Ekuador di Stadion Al Bayt, Al Khor, Qatar, Minggu (20/11/2022). Foto: Molly Darlington/REUTERS
Tak cuma negara Eropa dan Amerika, berkembangnya sepak bola menjadikan Piala Dunia semakin dilirik investor dari belahan dunia lainnya. Pada Piala Dunia di Qatar 2022, justru perusahaan asal Asia yang merajai.
Mengutip perusahaan analis data asal London, Global Data, Al Jazeera menyebut, sponsor dari China mengungguli korporasi Amerika Serikat (AS) yang punya sejumlah merek global populer seperti Coca-Cola, Nike, Budweiser, dan McDonald's.
ADVERTISEMENT
Perusahaan properti dari China, Wanda Group (Dalian Wanda Group) tercatat mengikat kontrak sponsor terbesar dengan nilai USD 850 juta atau Rp 13,3 triliun. Kontrak sebesar itu diikat Wanda dengan FIFA sejak 2016 hingga Piala Dunia 2030.
Perusahaan China yang jadi sponsor Piala Dunia Qatar selain Dalian Wanda Group, adalah perusahaan teknologi Vivo, perusahaan susu dan produk olahannya yakni Mengniu, serta produsen peralatan elektronik rumah tangga Hisense Co Ltd, dan beberapa perusahaan lainnya.
Jika dijumlahkan, total nilai sponsor perusahaan China mencapai USD 1,4 miliar atau hampir 22 triliun. Nilai tersebut mengungguli sponsor dari perusahaan-perusahaan AS yang totalnya sebesar USD 1,1 miliar atau Rp 17,2 triliun.