Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.3
19 Ramadhan 1446 HRabu, 19 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Investasi Obligasi Diprediksi Tetap Menarik di Tengah Pelemahan IHSG
18 Maret 2025 19:58 WIB
·
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas, Handy Yunianto, memprediksi investasi obligasi akan tetap menarik saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ambruk.
ADVERTISEMENT
Pada perdagangan saham Selasa, 18 Maret 2025, IHSG ditutup anjlok 248,559 poin atau 3,84 persen ke level 6.223,388. Indeks LQ45 juga melemah 20,335 poin atau 2,79 persen ke 709,013.
"Perlambatan ekonomi global dan potensi penurunan suku bunga membuat obligasi lebih menarik dibandingkan saham," ujar Handy dalam acara Buka Bersama Wartawan di Jakarta, Selasa (18/3).
Terkait pergeseran investasi dari saham ke obligasi, Handy menyebut bahwa investor asing mencatatkan aksi jual bersih di pasar saham (net sell), sementara di pasar obligasi justru terlihat pembelian bersih oleh asing (net buy). Hal ini menunjukkan adanya preferensi investor asing terhadap obligasi dibandingkan saham.
Dari sisi domestik, Handy mengungkapkan bahwa minat investor dalam negeri terhadap obligasi juga tetap tinggi. Hal ini terlihat dari tingginya belanja asuransi dan retail dalam instrumen ini sebagai upaya mengoptimalkan imbal hasil pada 2025.
Terkait penerbitan obligasi, Handy mencatat bahwa obligasi korporasi dalam mata uang rupiah tumbuh 11,2 persen sepanjang 2024. Meskipun kondisi ekonomi global bergejolak, penerbitan obligasi korporasi tetap meningkat. Hingga Februari 2025, nilai penerbitan obligasi korporasi telah mencapai Rp 20 triliun, meningkat 50 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
ADVERTISEMENT
"Jika tren ini berlanjut, saya perkirakan penerbitan obligasi korporasi tahun ini bisa mencapai Rp 160 triliun," kata Handy.
Selain itu, Handy menilai bahwa banyaknya obligasi yang jatuh tempo tahun ini akan mendorong perusahaan melakukan refinancing. Untuk obligasi pemerintah, penerbitannya masih bergantung pada kondisi defisit anggaran, apakah akan melebar atau tetap terjaga.
Bursa Efek Indonesia (BEI) membekukan sementara perdagangan (trading halt) sistem perdagangan pada pukul 11:19:31 waktu Jakarta Automated Trading System (JATS). Hal ini dipicu oleh penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencapai 5,02% ke 6.146.