Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Begitulah VP of Retail and Business Development Sucor Sekuritas, Bernadus Wijaya, memberi gambaran soal investasi yang makin gampang. Utamanya di era digital. Salah satunya, reksa dana.
“Produk ini adalah reksa dana di mana teman-teman milenial bisa mulai berinvestasi dari 100 ribu rupiah,” ujarnya ketika dihubungi kumparan.
Bernadus menganalogikan berinvestasi di reksa dana itu ibarat naik bus bersama penumpang lain, yang memiliki tujuan dan risk profile yang relatif sama. Bus ini dikemudikan oleh fund manager yang andal serta tersertifikasi sesuai dengan tujuan investasi yang tercantum dalam prospektus.
“Teman-teman bisa mulai berinvestasi di reksa dana di mana produknya dikelola oleh fund manager andal dan dana kelolaannya dikumpulkan dari ribuan investor,” kata dia.
Dia menjelaskan, investasi seharga secangkir kopi ini begitu mudah dilakukan. Cara membelinya, kita hanya perlu menanyakan ke perbankan atau perusahaan sekuritas terdekat. Kemudian meminta untuk dibukakan rekening reksa dana.
“Namun, buat yang enggak mau ribet ke bank segala macem, teman-teman bisa cek aja ke marketplace reksa dana yang tersedia dalam Appstore maupun Playstore. Bahkan, teman-teman udah bisa belanja reksa dana di e-commerce semacam Bukalapak. Simpel banget kan?” ucapnya.
Bernadus menekankan, investasi di pasar modal bisa memberikan return yang lebih menarik dibandingkan hanya disimpan di tabungan. Karena, setiap tahun nilai uang di tabungan bisa tergerus oleh inflasi sedangkan investasi di pasar modal bisa memberikan imbal hasil yang lebih tinggi.
“Jika teman-teman mulai investasi di tahun 2007 sebesar 1 juta rupiah, tahun 2017 teman-teman sudah mendapatkan sebesar 3,4 juta rupiah. Bayangin aja jika teman-teman cuma tinggalin uang 1 juta di rekening tabungan teman-teman. Bisa habis termakan biaya admin bank tuh,” cetusnya.
Menurut catatannya, dari tahun 2007 sampai 2017, compounded interest (bunga berbunga) yang dihasilkan dari kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencapai 13 persen. Hal ini jauh dari nilai inflasi yang hanya 4-5 persen per tahun dan compounded interest yang dihasilkan dari deposito yang hanya 6-7 persen saja per tahunnya.
Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI), Hasan Fawzi, pun mengamini hal itu. Ia mengatakan, di era serba digital ini milenial makin mudah untuk berinvestasi dengan harga terjangkau. Seperti secangkir kopi. Seiring waktu, tren investasi di kalangan anak muda pun mengalami kenaikan.
“Investor yang berusia 18-30 tahun, pertumbuhan pertambahan naiknya paling signifikan dibandingkan di atasnya. 35 persen dari total investor. Data terakhir, sampai saat ini,” imbuhnya.
Lantas, bagaimana langkah BEI untuk menggaet investor pasar modal dari kalangan milenial?
Dia membeberkan, saat ini pihaknya sedang gencar melakukan pendekatan berbasis teknologi informasi dan komunikasi secara adaptif. Yaitu, melalui literasi dan program edukasi yag ditawarkan secara online semisal mengoptimalkan channel sosial media seperti Instagram, Twitter, YouTube dan Facebook.
BEI juga aktif dalam kolaborasi dengan berbagai komunitas anak muda sebagai distribution channel. Selain sebagai media edukasi juga untuk sharing mengenai pembukaan rekening efek hingga pameran galeri investasi .
“Komunitas ini sudah mulai kita petakan, kita tata, sudah lebih dari 400 investor saham, nah ini juga kita rangkul mereka, bersama dengan bursa di Jakarta dan daerah,” tambahnya.
Tak hanya di Jakarta, BEI juga mengaku terus mengupayakan pemetaan edukasi di berbagai wilayah Indonesia lainnya. Tahun lalu misalnya, pihaknya telah menginisiasikan tak kurang dari 6.000 kegiatan edukasi.
“Nah itu tidak terpusat di kota-kota besar-besar aja, petanya kita betul-betul mengkhususkan pola kegiatan ini sampai menyebar ke daerah-daerah, karena kita punya kantor perwakilan di daerah, galeri investasi, yang di kampus-kampus bukan hanya terpusat di kota besar,” kata dia.
Dalam berbagai kesempatan pelatihan itu, pihaknya juga melibatkan para influencer dan motivator yang turut mengedukasi tentang saham.
"Kami mengundang influencer yang kita kemas ke dalam kegiatan investory misalkan, di mana influencer di sosmed ikut bergabung di program kita, kemudian mereka membuat caption dan story-story di sosmednya," ujarnya.