Israel-Hamas Memanas, IMF Minta Asia Waspadai Kenaikan Harga Komoditas & Inflasi

14 Oktober 2023 12:43 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Asap mengepul di atas gedung-gedung selama serangan udara Israel, di Kota Gaza, Senin (9/10/2023).  Foto: MAHMUD HAMS / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Asap mengepul di atas gedung-gedung selama serangan udara Israel, di Kota Gaza, Senin (9/10/2023). Foto: MAHMUD HAMS / AFP
ADVERTISEMENT
Dampak yang ditimbulkan dari konflik Israel dan Hamas akan membuat harga komoditas ikut terkerek. Bahkan dapat menyebabkan meningkatnya angka inflasi bagi negara-negara Asia.
ADVERTISEMENT
Hal ini diutarakan oleh Direktur Departemen Asia dan Pasifik IMF Krishna Srinivasan. Menurutnya konflik yang kembali meletus pada Sabtu pekan lalu tersebut dapat menyebabkan harga komoditas naik hingga berdampak buruk pada kondisi perekonomian nasional negara-negara di Asia.
“Berbicara tentang konflik tersebut, kami menyoroti bahwa dalam kaitannya dengan guncangan harga komoditas dapat menjadi salah satu risiko negatif yang menyebabkan inflasi dapat meningkat,” tutur Krishna, dikutip pada Sabtu (14/10).
Dalam hal ini, Krishna menyarankan negara-negara di Asia termasuk Indonesia untuk tetap tetap mengikuti kebijakan moneter dan tidak terburu-buru menurunkan suku bunga sebelum inflasi kembali menurun, sesuai target yang dibidik.
Bank Indonesia (BI) sebelumnya mengumumkan sasaran inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk periode 2022 – 2024, masing-masing sebesar 3,0 persen, 3,0 persen, dan 2,5 persen, dengan deviasi masing-masing ±1 persen.
ADVERTISEMENT
Saat ini, angka inflasi di tanah air masih terpantau sesuai target, terlihat dari inflasi pada Agustus 2023 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 3,0±1 persen. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Harga Konsumen (IHK) Agustus 2023 tercatat deflasi sebesar 0,02 persen (mtm), sehingga secara tahunan mengalami inflasi 3,27 persen (yoy).
Lebih lanjut Krishna menjelaskan, ada tiga hal yang perlu diperhatikan mengenai tingkat inflasi di Asia. Salah satunya adalah inflasi yang mulai meningkat terlambat di Asia dibandingkan dengan wilayah lain di dunia.
“Ketika mulai meningkat, kenaikannya tidak sebesar di belahan dunia lain, dan kini penurunannya jauh lebih besar dibandingkan wilayah lain,” kata Krishna.
Kendati demikian, Krishna menyebutkan negara-negara di Asia saat ini belum dapat menyelesaikan permasalahan inflasi ini. Sehingga menurunkan suku bunga belum dapat menjadi solusi dari permasalahan ini.
ADVERTISEMENT
“Namun inflasi inti masih belum stabil, terutama di beberapa negara maju di Asia. Inilah sebabnya kami percaya bahwa tidak boleh terburu-buru menurunkan suku bunga kecuali inflasi mencapai kisaran target, bank sentral harus tetap melakukan hal tersebut,” tutup Krishna.