Jadi Tumpuan Ekonomi, Pulau Jawa Masih Alami Ketimpangan

22 Maret 2018 14:14 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Potret Kemiskinan di Indonesia (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Potret Kemiskinan di Indonesia (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Ketimpangan atau tidak meratanya pembangunan masih sangat terlihat di Indonesia. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) menyatakan Pulau Jawa masih menjadi tumpuan ekonomi bagi pemerintah. Pun demikian, Pulau Jawa masih belum terlepas dari isu ketimpangan.
ADVERTISEMENT
“Di Pulau Jawa sendiri ada juga itu kesenjangan seperti wilayah Pantai Utara yang jauh di atas wilayah Pantai Selatan yang sering diidentifikasikan sebagai wilayah tertinggal,” ungkap Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro di Gedung Bappenas, Jakarta, Kamis (22/3).
Menurut Bambang, ketimpangan yang terjadi di Pulau Jawa disebabkan karena ekonomi Indonesia memang terkonsentrasi di Jawa. Hal ini ternyata memberikan beban tersendiri karena jumlah penduduk di Pulau Jawa semakin padat.
Potret Kemiskinan di Indonesia (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Potret Kemiskinan di Indonesia (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
“Muncul masalah di pedesaan seperti minimnya kepemilikan lahan oleh petani di Pulau Jawa. Saat ini petani rata-rata hanya memiliki setengah hektare. Artinya banyak isu bila ekonomi negara terfokus di satu wilayah,” ujar Bambang.
Bambang mengatakan konsentrasi ekonomi di Pulau Jawa terlihat tidak adil bagi daerah lain. Dengan luas wilayah yang lebih kecil dibandingkan daerah lain seperti Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi, Pulau Jawa ternyata menyokong lebih dari 50% kegiatan ekonomi.
ADVERTISEMENT
“Kontribusi Pulau Jawa saat ini 58% itu tentunya relatif menjadi kurang adil melihat bahwa Jawa tidak terlalu luas dibandingkan pulau lain,” sebutnya.
Untuk itu Bambang mengatakan pentingnya memunculkan pertumbuhan ekonomi di luar Jawa. Sebab dengan adanya pusat pertumbuhan yang makin banyak di luar Pulau Jawa maka memungkinkan adanya penyebaran kegiatan ekonomi.
“Bagaimana kita bisa menciptakan pertumbuhan baru dan mendiversifikasi, tidak harus di pulau Jawa,” tutupnya.