news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Jalan Gencar Dibangun, Aspalnya Masih Bergantung Impor

11 Februari 2020 20:21 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Simpang susun ruas tol Cinere-Cengkareng atau Tol Jakarta Outer Ring Road II (JORR II) sesi ruas Serpong - Kunciran yang sudah selesai dibangun di Tangsel Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal
zoom-in-whitePerbesar
Simpang susun ruas tol Cinere-Cengkareng atau Tol Jakarta Outer Ring Road II (JORR II) sesi ruas Serpong - Kunciran yang sudah selesai dibangun di Tangsel Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal
ADVERTISEMENT
Pembangunan infrastruktur besar-besaran termasuk pembangunan jalan, ternyata menyimpan persoalan. Sebab Indonesia tidak bisa memenuhi 100 persen kebutuhan material untuk pembangunan infrastruktur.
ADVERTISEMENT
Salah satunya adalah aspal, yang sebagian besar masih harus diimpor Indonesia dari negara lain.
Untuk kebutuhan infrastruktur jalan misalnya, Indonesia masih harus impor aspal dengan porsi 71 persen dari total kebutuhan. Artinya, hanya sebagian kecil kebutuhan aspal yang bisa dipenuhi dari hasil produksi dalam negeri.
“Jalan menggunakan aspal harus impor 71 persen. Bayangkan, kita harus impor USD 421 juta di 2018. Sekitar 56 persen dari konsumsi tersebut adalah untuk road maintenance, untuk perbaikan jalan," ungkap Direktur Pemasaran & Supply Chain Semen Indonesia Adi Munandir di JCC Senayan, Jakarta, Selasa (11/2).
Bahaya laten ini masih terus mengincar Indonesia. Tahun ini saja, menurut Adi, pemerintah sudah mengumumkan akan membangun tambahan 2.000 km jalan tol baru, 2.500 km jalan nasional, serta 25 bandara baru.
ADVERTISEMENT
Hal ini menjadi tantangan untuk membangun infrastruktur tersebut. Sebab tidak semua kebutuhan aspal bisa dipenuhi dari produksi dalam negeri. Jika kondisi ini dibiarkan terus menerus maka tingkat ketergantungan impor aspal akan semakin tinggi.
Pekerja menggunakan mesin sedang mengaspal jalan. Foto: Shutter Stock
Di sisi lain, Adi menjelaskan sebenarnya ada solusi atas ketergantungan impor aspal yang dialami Indonesia. Caranya yaitu dengan menggunakan beton sebagai pengganti aspal. Apalagi, menurut Adi Indonesia sudah berstatus over-capacity untuk produksi semen. Seperti diketahui semen merupakan bahan baku pembuatan beton.
"Aspal dan beton bisa saling mensubstitusi. Jalan menggunakan aspal harus impor 71 persen. Kalau kita ubah dengan beton, beton punya kemampuan kekuatan lebih panjang,” ujarnya.
Jika menggunakan beton maka setiap tahun pemerintah tidak perlu melakukan perbaikan major seperti yang dilakukan pada jalan aspal. Dengan demikian pemerintah juga bisa menghemat dana hingga ratusan triliun rupiah.
ADVERTISEMENT
“Berapa yang kita bisa hemat dari tidak impor aspal, USD 244 juta. Untuk jalan 8.704 km, kita bisa hemat hemat Rp 106 triliun," tandas Direktur Pemasaran & Supply Chain Semen Indonesia Adi Munandir.