Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Jaringan gas (jargas ) rumah tangga dinilai menjadi upaya yang tepat untuk mengurangi beban subsidi energi. Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Esther Sri Astuti bilang jika penggunaan jargas sudah meluas maka biaya bagi para penggunanya dapat lebih terkontrol.
ADVERTISEMENT
Esther menyarankan agar nantinya konsumen dapat membayar jasa jaringan gas menyesuaikan segmen pelanggan yang ada. Di luar negeri penggunaan jargas telah berjalan secara baik.
“Biaya nya juga lebih terkontrol, pembayarannya bisa disesuaikan dengan segmen pelanggannya,” kata Esther kepada kumparan, Minggu (3/11).
Esther melihat penggunaan jargas dapat lebih efesien bagi perusahaan, sebab penyaluran gas ke masyarakat tidak lagi menggunakan tabung gas.
“Bagi perusahaan produsen gas juga akan mengurangi biaya produksi karena lebih murah tanpa tabung gas,” lanjutnya.
Direktur dan Founder Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira menyampaikan, sistem jaringan gas ke rumah tangga membuat masyarakat yang membutuhkan dapat lebih terdata. Ini juga dapat memudahkan pemerintah untuk pendataan target subsidi.
ADVERTISEMENT
“Kalau diganti ke jargas, ini mirip seperti kasusnya subsidi listrik PLN, name by address-nya jadi lebih mudah, untuk dilihat apakah dia orang mampu atau tidak mampu, betul kan?,” terang Bhima kepada kumparan.
Bhima bilang agar ke depan jargas lebih diminati masyarakat maka harga jargas harus tetap berada di bawah harga tabung Liquefied Petroleum Gas (LPG) yang masih banyak beredar.
“Sebenarnya kalau masyarakat sih mudah saja, selama harga Jjargas jauh lebih rendah daripada LPG, LPG tabung mereka juga akan punya insentif untuk beralih kepada jargas,” ungkapnya.
Bhima menekankan soal pentingnya perluasan jargas serta infrastruktur terkait. Hal ini dapat dilakukan lewat berbagai skema termasuk kolaborasi antara pemerintah dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
ADVERTISEMENT
Dalam catatan kumparan, subsidi energi masih menjadi salah satu komponen pengeluaran terbesar dalam APBN. Tahun ini, subsidi energi dipatok Rp 189,1 triliun. Di tahun depan, angkanya naik lagi menjadi Rp 204,5 triliun. Besarnya beban subsidi energi bisa dikurangi dengan membangun jargas.
PT Pertamina Gas Negara (PT PGN) menyebut estimasi pengurangan Impor LPG dari pengelolaan jargas eksisiting PGN saat ini mencapai 84.000 ton per tahun dan pengurangan Subsidi Rp 468 miliar per tahun per 1 juta sambungan rumah tangga.