Jokowi Singgung Propaganda Rusia, Begini Hubungan Dagangnya dengan RI

6 Februari 2019 11:51 WIB
clock
Diperbarui 21 Maret 2019 0:05 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pertemuan Bilateral Jokowi dan Vladimir Putin di Singapura. Foto: Dok. Biro Pers Setpres
zoom-in-whitePerbesar
Pertemuan Bilateral Jokowi dan Vladimir Putin di Singapura. Foto: Dok. Biro Pers Setpres
ADVERTISEMENT
Presiden Jokowi yang juga capres nomor urut 01 kembali melancarkan pernyataan pedas terhadap para lawan politiknya. Jokowi menyebut fitnah-fitnah dari lawan politiknya sebagai teori 'Propaganda Rusia'. Konsep Propaganda Rusia ini diambil dari artikel terbitan RAND Corporation "The Russian 'Firehose of Falsehood' Propaganda Model" yang terbit tahun 2016. Pernyataan Jokowi di Pabrik Gula De Tjolomadoe, Karanganyar, Jawa Tengah, Minggu (3/2), kemudian direspons oleh Kedutaan Besar Rusia di Jakarta. Rusia menegaskan tidak ikut campur urusan pemilu di Indonesia. "Kami menggarisbawahi bahwa posisi prinsipil Rusia adalah tidak campur tangan pada urusan dalam negeri dan proses-proses elektoral di negara-negara asing, termasuk Indonesia yang merupakan sahabat dekat dan mitra penting kami," tulis Kedutaan Russia melalui Twitter, @RusEmbJakarta, Senin (4/2).
Sukhoi SU-35. Foto: Wikimedia Commons.
zoom-in-whitePerbesar
Sukhoi SU-35. Foto: Wikimedia Commons.
Pernyataan Jokowi tersebut dinilai berpotensi mempengaruhi hubungan kedua negara, termasuk perdagangan. Selama ini, perdagangan kedua negara cukup intens (migas dan non-migas). Bahkan, Indonesia sedang dalam proses pembelian 11 unit pesawat tempur Sukhoi SU-35 dari Rusia. Pengadaan senilai USD 1,14 miliar tersebut rencananya dibiayai dengan skema 50 persen pembayaran tunai dan 50 persen barter produk komoditas asal Indonesia. Proses negosiasi pembayaran ini masih berlangsung. kumparan, Rabu (6/2) merangkum transaksi perdagangan (neraca perdagangan) Indonesia-Rusia selama 6 tahun, periode 2013-2018. Data ini dipublikasikan oleh Kementerian Perdagangan (Kemendag) Indonesia. Hasilnya, Indonesia mencatatkan defisit perdagangan selama 4 tahun dengan Rusia, atau dalam kata lain Impor Rusia ke Indonesia pada tahun 2013, 2014, 2015, dan 2018 lebih tinggi daripada ekspor Indonesia ke Rusia. Mayoritas defisit digerakkan oleh sektor non-migas.
ADVERTISEMENT