Jumlah Pekerja Formal di RI Turun, Realisasi Investasi Dinilai Tidak Optimal

6 Mei 2023 17:39 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana Job Fair Indonesia Career Expo Jakarta 2019 di Balai Kartini, Jakarta, Rabu (16/10/2019). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Job Fair Indonesia Career Expo Jakarta 2019 di Balai Kartini, Jakarta, Rabu (16/10/2019). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pada Februari 2023 penduduk yang bekerja pada kegiatan informal sebanyak 83,34 juta orang (60,12 persen), sedangkan yang bekerja pada kegiatan formal sebanyak 55,29 juta orang (39,88 persen).
ADVERTISEMENT
Dibandingkan Februari 2022, persentase penduduk bekerja pada kegiatan informal mengalami peningkatan sebesar 0,15 persen poin. Sementara penduduk yang bekerja di sektor formal turun 0,15 persen.
Pengamat Ketenagakerjaan Universitas Indonesia, Aloysius Uwiyono, mengatakan fenomena tersebut mengindikasikan realisasi investasi di Indonesia tidak optimal.
Kementerian Investasi/BKPM mencatat data realisasi investasi periode Januari-Maret (kuartal I) 2023 yaitu senilai Rp 328,9 triliun, meningkat sebesar 16,5 persen dibanding kuartal I tahun 2022.
Namun, nilai investasi tersebut tidak berbanding lurus dengan penyerapan tenaga kerja Indonesia sebanyak 384.892 pekerja.
Ribuan pencari kerja memadati bursa kerja yang dibuka Pemkot Sukabumi, Jabar. Foto: Aditya Rohman/ANTARA
Diversifikasi Bidang Pekerjaan
Saat ini, masyarakat ditawarkan dengan pilihan profesi pekerjaan yang lebih luas, tidak hanya pekerjaan di sektor formal. Aloysius mengatakan, milenial banyak yang lebih memilih bidang pekerjaan informal.
ADVERTISEMENT
"Terbukanya kesempatan luas membuka startup, trading saham, aset kripto telah mendorong anak muda untuk menjadi pengusaha dari pada menjadi pekerja," ujarnya.
Data BPS per Februari 2023 menyebut, status pekerjaan utama masyarakat Indonesia saat ini sebesar 36,34 persen adalah sebagai buruh/karyawan/pegawai.
Di posisi kedua, adalah mereka yang lebih memilih membuka usaha sendiri. Meski begitu, fenomena ini menurut Aloysius bukan menjadi penghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Terbukti, BPS mencatat dari kuartal IV-2021 pertumbuhan ekonomi Indonesia terus stabil di atas 5 persen secara tahunan atau year on year (yoy).
"Hal ini menunjukkan hal yang positif untuk pertumbuhan ekonomi kita," pungkas dia.