Jusuf Kalla: Indonesia Tak Perlu Balas Tarif Impor Trump, Cukup Negosiasi

5 April 2025 16:35 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jusuf Kalla di rumah pribadinya daerah Brawijaya Raya.  Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Jusuf Kalla di rumah pribadinya daerah Brawijaya Raya. Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
ADVERTISEMENT
Wakil Presiden Indonesia ke-12, Jusuf Kalla, menilai Indonesia tidak perlu mengikuti langkah China yang membalas tarif impor tambahan dari Presiden AS Donald Trump dengan tarif serupa. Menurutnya, posisi Indonesia sangat berbeda dengan China, sehingga respons yang diambil pun sebaiknya berbeda.
ADVERTISEMENT
“Saya kira kita bukan posisi seperti China. Mereka lebih banyak di bahan jadi,” kata JK kepada wartawan di kediamannya daerah Brawijaya, Sabtu (5/4).
Ia mencontohkan, sebagian besar produk yang dijual di jaringan ritel besar seperti Walmart di Amerika Serikat merupakan barang jadi buatan China. “Mungkin 90 persen barangnya dijual diimpor dari China. Barang jadi,” ujarnya.
Sementara Indonesia, lanjut JK, sebagian besar mengekspor barang-barang dengan nilai tambah yang lebih rendah dan volume yang lebih kecil.
Menanggapi ketegangan dagang yang kembali meningkat antara China dan AS, JK menilai bahwa Indonesia tidak perlu ikut dalam pusaran perang tarif.
“Kita tidak perlu balas itu. Cukup negosiasi saja. Karena kita cuma 10 persen dari ekspor kita,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Ia juga menyebut, nilai ekspor Indonesia ke AS relatif kecil jika dibandingkan dengan volume perdagangan kedua negara adidaya tersebut. “Hanya USD 26 miliar dibanding dengan triliunan impor dia. Tidak akan pengaruh banyak,” kata JK.
Sebelumnya, Pemerintah China resmi memberlakukan tarif balasan sebesar 34 persen untuk seluruh barang asal AS yang masuk ke negaranya. Kebijakan ini merupakan respons atas tarif tambahan yang diberlakukan pemerintahan Presiden Donald Trump terhadap produk China. Selain tarif, China juga membatasi ekspor beberapa jenis logam tanah jarang yang menjadi komoditas strategis dalam industri teknologi tinggi di AS.