Kalah Saing dari Mobil Asia, Volkswagen Mau Tutup Pabrik di Negara Asalnya

3 September 2024 6:43 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang pekerja mengenakan masker saat bekerja di lini produksi untuk model Volkswagen ID.3 listrik di Zwickau, Jerman. Foto: Hendrik Schmidt/Pool via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Seorang pekerja mengenakan masker saat bekerja di lini produksi untuk model Volkswagen ID.3 listrik di Zwickau, Jerman. Foto: Hendrik Schmidt/Pool via REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Volkswagen (VOWG_p.DE), sedang mempertimbangkan untuk menutup pabrik di Jerman, negara asalnya. Hal ini karena adanya tekanan harga yang dihadapi produsen mobil terkemuka Eropa itu dan sulitnya bersaing dengan produsen mobil di Asia.
ADVERTISEMENT
Mengutip Reuters, CEO VW saat ini, Oliver Blume, terlibat perselisihan dengan pendahulunya, Herbert Diess pada Senin (2/9). Di Jerman, VW memiliki dua pabrik yang dianggap usang dan tak lagi layak beroperasi, yaitu satu pabrik kendaraan dan satu pabrik komponen.
Salah seorang analis memproyeksikan lokasi pabrik VW di Jerman yang akan ditutup, yaitu pabrik VW di Osnabrueck, Lower Saxony dan Dresden, di Saxony. Negara bagian Lower Saxony adalah pemegang saham Volkswagen terbesar kedua.
Untuk membahas hal ini, Kepala Keuangan Arno Antlitz akan menemui para pegawai bersama kepala merek VW, Thomas Schaefer, pada rapat dewan pekerja, Rabu (4/9).
Kepala Dewan Pekerja Volkswagen, Daniela Cavallo, berharap CEO VW Oliver Blume juga akan terlibat dalam negosiasi, seraya mengisyaratkan bahwa pertemuan tersebut adalah sangat tidak mengenakkan bagi manajemen grup.
ADVERTISEMENT
Daniela Cavallo juga merupakan anggota Serikat Pekerja IG Metall. Serikat pekerja tersebut telah menggagalkan perusahaan yang sebelumnya akan melakukan banyak perubahan, salah satunya pada 2022 lalu ketika Herbert Diess mengundurkan diri sebagai CEO.
Volkswagen, yang mempekerjakan sekitar 680.000 pekerja juga akan mengakhiri program keamanan pekerjaannya, meskipun perusahaan mengaku hal ini dilakukan dengan sangat terpaksa.
IG Metall mengatakan jaminan kerja tersebut mencakup pabrik Volkswagen di Wolfsburg, Hanover, Braunschweig, Salzgitter, Kassel dan Emden.
"Situasinya sangat tegang dan tidak dapat diatasi hanya dengan tindakan pemangkasan biaya," kata Kepala Merek VW Schaefer dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Reuters, Selasa (3/9).
VW yang menggerakkan sebagian besar penjualan unit Volkswagen, merupakan merek pertama yang menjalani upaya pemangkasan biaya dengan target penghematan 10 miliar euro atau setara dengan USD 11 miliar pada tahun 2026. Langkah ini diambil sebagai upaya untuk mengefisienkan pengeluaran, sehingga perusahaan dapat bertahan dalam transisi ke mobil listrik.
ADVERTISEMENT
Blume mengatakan situasi ekonomi yang sulit, pesaing baru di Eropa, dan menurunnya daya saing ekonomi Jerman membuat Volkswagen perlu berbuat lebih banyak.
Volkswagen telah kehilangan hampir sepertiga nilai kinerjanya selama lima tahun terakhir, menjadikan perusahaan ini sebagai produsen mobil besar Eropa terburuk.
Max Bruehmann (kiri) dan Heiko Gruner (kanan) mengenakan masker aat mereka bekerja di lini produksi untuk model Volkswagen ID.3 listrik di Zwickau, Jerman. Foto: Hendrik Schmidt/dpa via AP
Perusahaan ini menghadapi tantangan yang sangat besar di Eropa, AS, dan khususnya China. Sebab , pangsa pasar VW kini direbut oleh produsen kendaraan listrik domestik BYD (002594.SZ). Perusahaan ini telah kehilangan nilai saham lebih banyak daripada pesaing utamanya selama dua tahun terakhir.
Rencana Volkswagen tersebut merupakan pukulan terbaru bagi Kanselir Jerman Olaf Scholz, yang koalisi tiga arahnya terpukul dalam pemungutan suara regional pada Minggu (1/9). Akibatnya, partai sayap kanan Alternatif untuk Jerman menduduki puncak jajak pendapat di satu negara bagian dan berada di urutan kedua di Saxony.
ADVERTISEMENT
Kepala Makro Global di ING Research, Carsten Brzeski, mengatakan keputusan tersebut menyoroti konsekuensi dari stagnasi ekonomi selama bertahun-tahun dan perubahan struktural tanpa pertumbuhan.
"Jika raksasa industri tersebut harus menutup pabriknya, mungkin ini merupakan peringatan yang sudah lama tertunda bahwa langkah-langkah kebijakan ekonomi (Jerman) perlu ditingkatkan secara signifikan," kata Brzeski.
Kementerian Ekonomi Jerman mengatakan manajemen VW harus bertindak secara bertanggung jawab dalam lingkungan pasar yang penuh tantangan. Meskipun otoritas keuangan Jerman tersebut menolak berkomentar tentang kabar tersebut.
IG Metall mengatakan, rencana penutupan pabrik mengguncang para pekerja Volkswagen, yang merupakan perusahaan sebagai pemberi kerja terbesar di Jerman, sekaligus produsen mobil terbesar di Eropa berdasarkan pendapatan.
Cavallo mengatakan dalam sebuah wawancara, manajemen VW telah membuat banyak keputusan yang salah dalam beberapa tahun terakhir, termasuk tidak berinvestasi dalam mobil hibrida atau menjadi lebih cepat dalam mengembangkan mobil listrik bertenaga baterai yang terjangkau.
ADVERTISEMENT
"Alih-alih penutupan pabrik, dewan seharusnya mengurangi kompleksitas dan memanfaatkan sinergi di seluruh rencana grup Volkswagen," kata Cavallo.