Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Kasus Corona Meroket, PT Kimia Farma Akan Produksi Jutaan Tablet Terapi COVID-19
7 Juli 2021 15:49 WIB
ยท
waktu baca 1 menitDiperbarui 13 Agustus 2021 13:59 WIB
ADVERTISEMENT
Tingginya kasus corona di Indonesia saat ini membuat kebutuhan obat antivirus sebagai terapi pasien COVID-19 terus meningkat. PT Kimia Farma Tbk (Persero) pun terus memproduksi tiga obat yang sangat dibutuhkan untuk penanganan pasien positif COVID-19 . Ketiga obat itu adalah Favipiravir, Azithromycin, dan Remdesivir.
ADVERTISEMENT
Direktur Utama PT Kimia Farma , Verdi Budidarmo mengatakan, perseroan menargetkan mampu memproduksi obat terapi COVID-19 jenis Favipiravir hingga 7 juta tablet per 23 Juli 2021.
"Kimia Farma produksi Favipiravir. Bahan baku impor hampir semuanya," kata dia dalam rapat dengar pendapat Komisi VI DPR RI, Rabu (7/7).
Obat terapi COVID-19 lainnya yang diproduksi Kimia Farma adalah Azithromycin sebanyak 6 juta tablet bulan ini. Di Indonesia, ada 33 perusahaan farmasi yang memproduksi obat ini, di mana 19 perusahaan memproduksi Azithromycin generik, salah satunya Kimia Farma.
"Produksi kami, bulan lalu sudah 58 ribu dus terdeliver, 1 dus isi 20 tablet. Pada bulan ini (produksi) hampir 6 juta tablet dan akan berlanjut ke bulan-bulan berikutnya," kata Verdi.
ADVERTISEMENT
Obat ketiga adalah Remdesivir. Berbeda dengan Favipiravir dan Azithromycin berupa tablet, Remdesivir berbentuk vial karena penggunaannya diinjeksikan kepada pasien. Obat ini khusus beredar di rumah sakit.
Menurut dia, di Indonesia ada 7 perusahaan farmasi yang impor bahan baku Remdesivir. Perusahaan mendatangkannya dari India yang kemudian dikembangkan dan diproduksi di dalam negeri bersama anak usaha Kimia Farma. Perusahaan akan produksi 1,4 juta vial Remdesivir untuk kebutuhan Kementerian Kesehatan.
"Ini timeline pengembangan produksi Remdesivir di dalam negeri oleh Kimia Farma, kami harapkan September sudah launching untuk Remdesivir injeksi. Pengembangannya dilakukan Kimia Farma dan Phapros, jadi pengembangan bahan baku obat juga merupakan produksi anak usaha," ujarnya.