Kemampuan Perbankan Dalam Mengelola Risiko Perubahan Iklim Perlu Diperkuat

21 Juni 2024 10:36 WIB
·
waktu baca 3 menit
clock
Diperbarui 1 Juli 2024 18:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
WWF yang baru merilis laporan SUSBA ke-7, sebuah penilaian komprehensif terkait integrasi aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola/environmental, social, and governance (LST/ESG). dok. WWF
zoom-in-whitePerbesar
WWF yang baru merilis laporan SUSBA ke-7, sebuah penilaian komprehensif terkait integrasi aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola/environmental, social, and governance (LST/ESG). dok. WWF
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perbankan tanah air perlu memperkuat pengelolaan risiko terhadap perubahan iklim. Berdasarkan laporan Sustainable Banking Assessment (SUSBA) ke-7 baru 4 bank di Indonesia yang baru memiliki target net zero emission.
ADVERTISEMENT
Hal ini mengacu pada WWF yang baru merilis laporan SUSBA ke-7, sebuah penilaian komprehensif terkait integrasi aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola/environmental, social, and governance (LST/ESG) terhadap 39 bank di negara-negara ASEAN dan 10 bank besar di Jepang dan Korea Selatan.
Khusus untuk Indonesia, SUSBA 2023 mencakup 11 bank swasta dan BUMN, jumlah responden tertinggi di seluruh di kawasan ASEAN dan Asia Timur. Laporan SUSBA terkini mencatat penambahan tiga bank (BTPN, BSI, dan Bank Danamon) dibanding tahun sebelumnya.
SUSBA memiliki enam pilar - (Tujuan, Kebijakan, Proses, Manusia, Produk, dan Portofolio) untuk mengukur perkembangan integrasi ESG pada sektor perbankan.
ADVERTISEMENT
Chief Conservation Officer, WWF-Indonesia, Dewi Rizky mengatakan, kinerja bank sebagai lembaga intermediasi keuangan tidak luput dari paparan risiko perubahan iklim tersebut. Perubahan pasar dan kebijakan terkait bahan bakar fosil misalnya, menjadi sebuah risiko yang perlu diperhitungkan pihak perbankan.
"Oleh karena itu, bank perlu meningkatkan kapasitas untuk mengidentifikasi dan mengelola dua risiko utama yakni perubahan iklim dan kerusakan lingkungan. Pada saat yang sama bank juga berperan penting dalam meningkatkan ketahanan sektor-sektor lain terhadap perubahan iklim," imbuh Dewi dalam keterangan resmi, dikutip Jumat (21/6).
Ilustrasi aplikasi m-banking BRI. Foto: Dok. BRI
Salah satu temuan positif SUSBA menunjukkan manajemen tertinggi perbankan (Direksi dan Komisaris) sudah memiliki fungsi dan tanggung jawab untuk mengelola risiko ESG dan perubahan iklim. Namun, kapasitas bank dalam mengukur tingkat risiko tersebut masih minim dan perlu ditingkatkan.
ADVERTISEMENT
Dewi menyatakan bahwa target net zero tidak akan tercapai tanpa langkah nyata menjaga kondisi lingkungan. Berdasarkan SUSBA 2023, dukungan perbankan untuk mengurangi dampak negatif terhadap alam dan sosial masih sangat terbatas yakni 5 persen.
Sementara itu, Sustainable Finance Lead WWF-Indonesia, Rizkia Sari Yudawinata mengatakan, perbankan Indonesia perlu meningkatkan upaya atas kebijakan dan prosedur agar nasabah mereka memiliki rencana mitigasi atau rencana aksi untuk mencapai target perjanjian Paris.
Ilustrasi Komitmen Penuh Bank Mandiri Terapkan Prinsip ESG. Foto: Dok. Bank Mandiri
Perjanjian Paris merupakan kesepakatan global untuk menghadapi perubahan iklim. Salah satu isi perjanjian tersebut adalah komitmen untuk memperlambat laju pemanasan global di bawah 2 derajat Celcius atau paling ideal 1,5 derajat Celcius.
"Industri kecil dan menengah yang terlibat dalam rantai pasok patut mendapat perhatian ekstra karena mereka umumnya padat karya dan menjadi kelompok yang rentan terhadap risiko perubahan iklim," ujar Rizkia.
ADVERTISEMENT
Data dari OJK dan BPS menunjukkan rasio kredit ke kelompok UMKM mencapai 12,38 persen terhadap total aset perbankan pada 2023. Berdasarkan SUSBA 2023, dukungan khusus yang disalurkan untuk usaha kecil dan menengah (UKM) dalam bertransisi menerapkan praktik berkelanjutan masih sangat terbatas yaitu 27 persen.
"Tanpa dukungan kuat, industri padat karya rentan terkucilkan. Perbankan perlu mengembangkan produk yang solutif dan sekaligus memfasilitasi langkah mereka menerapkan praktek keberlanjutan," kata Rizkia.