Kementerian BUMN Bantah Proyek Kereta Cepat Jadi Salah Satu Penyebab WIKA Rugi

16 Juli 2024 11:41 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Stafsus BUMN, Arya Sinulingga dalam Editor's Talk Forum Pemred di Gedung Antara, Jakarta Pusat, Rabu (27/3). Foto: Fadlan Nuril Fahmi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Stafsus BUMN, Arya Sinulingga dalam Editor's Talk Forum Pemred di Gedung Antara, Jakarta Pusat, Rabu (27/3). Foto: Fadlan Nuril Fahmi/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Staf Khusus III Menteri BUMN, Arya Sinulingga, membantah proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) atau Whoosh menjadi salah satu penyebab kerugian dari PT Wijaya Karya (Persero) atau WIKA pada 2023. WIKA membukukan rugi bersih tahun berjalan Rp 7,12 triliun pada 2023, meroket dari rugi bersih pada 2022 senilai Rp 59,59 miliar.
ADVERTISEMENT
Arya menegaskan kinerja Whoosh terus menunjukkan peningkatan kinerja secara bertahap. Ia mengatakan saat ini PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI), konsorsium beberapa perusahaan yang terlibat dalam proyek KCJB terus meningkatkan operasionalnya secara bertahap.
"Target kita kan 60-an trayek dia, bolak-balik setiap hari, sekarang masih 40-an, bertahap kan. Target awalnya itu mungkin 30-an, sekarang (penumpang) sudah 21 ribuan, enggak mungkin kan misalnya orang baru jualan masa langsung tercapai, dia bertahap tapi kan sekarang sudah bagus," kata Arya dikutip dari Antara pada Selasa (16/7).
Arya menyampaikan saat ini KCJB masih terus berjalan dan proyeknya tidak mangkrak di tengah jalan. Sehingga tidak tepat jika disebut menyumbang kerugian.
"Bukan menyumbang kerugian, di mana-mana kan ada investasi dulu. Kalau misalnya bikin rugi, kereta cepatnya enggak jalan," ujar Arya.
ADVERTISEMENT
PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) mencatat bahwa KCJB telah mengangkut 4 juta penumpang sejak mulai beroperasi secara komersial pada 17 Oktober 2023 lalu.
Penumpang Kereta Cepat Whoosh. Foto: Dok. PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC)
Sebelumnya, Direktur Utama Wijaya Karya, Agung Budi Waskito, menjelaskan latar belakang kinerja keuangan perusahaan merosot di tahun 2023 yakni bermula sejak terjadinya infra boom di 2015, yang membuat WIKA berekspansi bisnis dan mendapat banyak penugasan.
"Kami mulai banyak ekspansi seperi properti dan penugasan Kereta Cepat Jakarta-Bandung sehingga mengalami peningkatan aset yang luar biasa dari sebelumnya Rp 15,9 triliun menjadi Rp 62 triliun pada 2019," ungkapnya saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VI DPR, dikutip Jumat (12/7).
Perusahaan, kata dia, mengalami puncak penurunan kinerja keuangan pada tahun 2023 karena beban bunga yang tinggi akibat utang mencapai Rp 56 triliun secara konsolidasi.
ADVERTISEMENT
Agung menyebutkan, selain beban bunga yang tinggi, komponen lain yang memperberat kinerja keuangan WIKA di 2023 adalah kerugian dari PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) sebagai pemegang saham mayoritas KCJB.
Adapun PSBI terdiri dari konsorsium beberapa BUMN yang memegang 60 persen saham PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) yang merupakan operator KCJB. WIKA mengempit kepemilikan saham 38 persen dari PSBI.
"Memang paling besar karena dalam penyelesaian proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung, yang memang dari penyertaannya saja sudah Rp 6,1 triliun, kemudian yang masih dispute atau belum dibayar sekitar Rp 5,5 triliun sehingga hampir Rp 12 triliun,” ungkap Agung.
Beban kerugian proyek KCJB tersebut, lanjut Agung, membuat WIKA terpaksa mengambil pinjaman melalui obligasi sehingga membuat beban bunga perusahaan melesat. Kinerja keuangan perusahaan semakin terpuruk dengan bisnis properti yang di luar core business perusahaan di sektor konstruksi.
ADVERTISEMENT