Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Kementerian BUMN menilai pergeseran Suprajarto menjadi Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk merupakan tantangan baginya. Hal ini dinilai bukan merendahkan apalagi menurunkan kelas Suprajarto .
ADVERTISEMENT
Sejak adanya pengumuman pergeseran Suprajarto , banyak pihak yang menganggap ini sebagai pelecehan profesi. Salah satunya adalah Serikat Pekerja BTN dan BRI. Alasannya, karena penugasan diberikan dari bank yang kapasitasnya terbesar di Indonesia dalam hal ini BRI, ke yang jauh lebih kecil dalam hal ini BTN.
Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survei dan Konsultan Kementerian BUMN, Gatot Trihargo, menampik hal tersebut. Dia mengatakan dalam setiap penugasan yang dilakukan oleh kementerian, tidak melihat besar atau kecilnya perusahaan itu.
"Di dalam penugasan Kementerian BUMN kita tidak melihat besar-kecilnya. Kenapa kok pindah dari atas ke bawah oh ini menghina, harga diri saya jatuh. Justru itu tantangan terbesar, bagus dong untuk beresin (masalah BTN) itu," katanya saat ditemui di Menara BTN, Jakarta, Jumat (30/8).
Gatot meminta agar tidak memandang penugasan ini sebagai penurunan profesi. Tetapi lebih kepada pengabdian seseorang kepada BUMN.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Gatot juga mengatakan, nanti akan dibentuk holding perbankan yang jauh lebih besar. Menurutnya, siapapun bisa memimpin holding ini, termasuk Suprajarto.
"Kita nanti kan ada holding perbankan, siapa tahu beliau (Suprajarto) bisa jadi pimpin itu. Kan hidup dinamis, enggak stuck di situ saja," katanya.
Meski begitu, Gatot mengakui bahwa menjadi Dirut BTN sangat menantang. Apalagi, ada tugas besar yang harus dikerjakan, yakni memperbesar penyaluran KPR ke masyarakat. Suprajarto dinilai yang paling mumpuni untuk melakukan tugas ini.
"Dari sisi kapabilitas, Pak Supra itu yang paling mumpuni untuk lebih mengakselerasi. Backlog kita 11 juta yang perlu diakselerasi di 2030 tambah 70 juta lah backlognya. Justru potensi ke depan untuk maju jauh lebih besar lagi. Jadi bagaimana kita mengakselerasi itu yang utama. Kami melihatnya dari seperti total football, mana potensi yang masing-masing berkiprah dengan baik," pungkasnya.
ADVERTISEMENT