Ketimpangan di RI Mengecil, Gini Ratio Turun Jadi 0,379 per Maret 2024

1 Juli 2024 15:02 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang pemuda berjalan di atas puing-puing perahu kayu dengan latar gedung di Jakarta Utara, Indonesia. Foto: REUTERS/Beawiharta
zoom-in-whitePerbesar
Seorang pemuda berjalan di atas puing-puing perahu kayu dengan latar gedung di Jakarta Utara, Indonesia. Foto: REUTERS/Beawiharta
ADVERTISEMENT
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Indonesia pada Maret 2024, yang diukur menggunakan gini ratio adalah sebesar 0,379.
ADVERTISEMENT
Angka ini menurun 0,009 poin jika dibandingkan dengan gini ratio Maret 2023 yang sebesar 0,388 dan menurun 0,002 poin jika dibandingkan dengan gini ratio September 2022 yang sebesar 0,381.
"Pada Maret 2024 tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Indonesia yang diukur menggunakan gini ratio adalah sebesar 0,379,” kata Plt Sestama BPS, Imam Machdi, dalam konferensi pers di Kantor Pusat BPS, Senin (1/7).
Imam menjelaskan gini ratio di daerah perkotaan pada Maret 2024 tercatat sebesar 0,399. Angka ini turun dibanding gini ratio Maret 2023 yang sebesar 0,409 dan gini ratio September 2022 yang sebesar 0,402.
Sementara gini ratio di daerah pedesaan pada Maret 2024 tercatat sebesar 0,306. Angka ini turun dibanding gini ratio Maret 2023 dan September 2022 yang sebesar 0,313.
ADVERTISEMENT
“Berdasarkan ukuran ketimpangan Bank Dunia, distribusi pengeluaran pada kelompok penduduk 40 persen terbawah adalah sebesar 18,40 persen,” ungkap Imam.
Secara rinci, Imam mengatakan di daerah perkotaan angkanya tercatat sebesar 17,41 persen. Sementara untuk daerah pedesaan, angkanya tercatat sebesar 21,39 persen.
Di sisi lain, BPS mencatat pada Maret 2024 jumlah penduduk miskin mencapai 25,22 juta orang, turun 0,33 persen atau sebanyak 680 ribu orang secara tahunan (year on year/yoy).
Potret kemiskinan di Indonesia. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Imam mengatakan tingkat kemiskinan pada Maret 2024 lebih rendah dibandingkan kondisi ketika pandemi COVID-19. Adapun, pada Maret 2020 angka kemiskinan Indonesia mencapai 26,42 juta. Kemudian meningkat pada September 2020 menjadi 27,54 juta orang.
Imam menyebut penurunan tingkat kemiskinan terjadi di wilayah perkotaan maupun pedesaan. Dengan penurunan terbesar terjadi di pedesaan sebesar 0,43 persen yoy dan perkotaan sebesar 0,20 persen yoy.
ADVERTISEMENT
“Jika dibandingkan kondisi sebelum pandemi maka tingkat kemiskinan di tingkat pedesaan sudah lebih rendah dibandingkan sebelum pandemi. Sementara tingkat kemiskinan di wilayah perkotaan masih lebih tinggi dari kondisi sebelum pandemi,” kata Imam.
Imam melanjutkan 18 provinsi di Indonesia mengalami tingkat kemiskinan di bawah level nasional, dan 20 provinsi di atas nasional. Adapun tingkat kemiskinan tertinggi ada di Papua Pegunungan 32,97 persen dan terendah di bali sebesar 4 persen.
“Dibandingkan Maret 2023, tiga provinsi mengalami kenaikan tingkat kemiskinan yaitu Sumatera Barat, Kalimantan Tengah, dan Kepulauan Bangka Belitung,” kata Imam.