Ketua IKAPI: Mayoritas Penerbit Hanya Bisa Bertahan 3-6 Bulan

31 Mei 2020 17:18 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengunjung memadati lokasi pameran buku Big Bad Wolf di Kota Baru Parahyangan, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Kamis (27/06). Foto: ANTARA FOTO/M Agung Rajasa
zoom-in-whitePerbesar
Pengunjung memadati lokasi pameran buku Big Bad Wolf di Kota Baru Parahyangan, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Kamis (27/06). Foto: ANTARA FOTO/M Agung Rajasa
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Industri penerbitan babak belur terimbas pandemi. Para penerbit kini megap-megap lantaran penjualan terus merosot sejak kegiatan ekonomi masyarakat mulai mengendur.
April lalu, Ikatan Penerbitan Indonesia mempublikasikan sebuah survei terkait kondisi anggotanya di masa pandemi.
Survei Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) terhadap anggotanya, menunjukkan bahwa 95 persen penerbit mengalami penurunan omzet. Bahkan, penjualan 58 persen penerbit merosot 50 persen.
Temuan lain menunjukkan sebanyak 60 persen anggota mereka yang mampu bertahan untuk membayar gaji karyawan mereka selama tiga bulan jika keadaan tak kunjung membaik.
IKAPI menyerahkan hasil survei ini kepada pemerintah. Mereka juga meminta pemerintah meringankan beban para penerbit yang harus bertahan di masa pagebluk.
Berikut petikan perbincangan kumparan dengan Ketua IKAPI Rosidayati Rozalina terkait kesulitan yang tengah dihadapi para penerbit, Rabu (27/5).
Ketua IKAPI Rosidayati Rozalina. Foto: Instagram / @rosidayatirozalina
Bagaimana kondisi terkini para penerbit?
Kami melaksanakan survei dibulan April sekitar 1 bulan berlakunya WFH. Survei itu direspon 100 anggota kami.
Sebanyak 95 persen menyampaikan bahwa penjualannya memang turun. Bahkan lebih dari 58 persen menyatakan bahwa penjualannya itu turun dari separuhnya.
Kemudian terkait dengan produktivitas, semua juga lebih dari 50 persen bilang bahwa produktivitas karyawannya merosot tajam.
Terkait daya tahan, jadi kondisi di April itu, mayoritas penerbit menyatakan hanya bisa bertahan 3-6 bulan.
Dan mereka juga menyampaikan, sudah memikirkan ke depan akan seperti apa. Ada yang mendigitalisasi buku dan ada yang mau fokus menjual produk yang ada saja, berhenti menerbitkan buku.
Itu kan berarti kematian pelan-pelan ya kalau hanya menjual stok yang ada ya itu artinya lama-lama nanti bisa gulung tikar.
Kemudian ada juga yang mau merasionalisasi jumlah karyawan, seperti merumahkan para karyawan.
Lalu, langkah apa yang diambil IKAPI menanggapi hasil survei tersebut?
Kami sampaikan kepada presiden. Kami sampaikan juga sejumlah permintaan. Ada lima poin permintaan. Di antaranya pembukaan kran pengadaan buku, pengurangan pajak, subsidi kertas, bantuan permodalan dan penindakan pembajakan buku.
Bagaimana respons pemerintah terkait hal ini?
Pemerintah cukup responsif, walaupun belum semua tepat sasaran dalam membantu, terutama yang terkait pembajakan ini yang masih belum kelihatan langkah konkret ada bantuan dari pemerintah.
Kementerian Keuangan sudah memberikan relaksasi, salah satunya industri penerbitan yang ada di bawah ekonomi kreatif.
Kemudian juga dari Kemenparekraf (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif) sudah merespon untuk membantu penulis lewat program "Menulis Dari Rumah". Karya tulis terpilih itu akan menjadi bahan baku dari penerbitan. Jadi itu kerja sama IKAPI dengan pemerintah.
Apa permintaan yang belum direspon?
Kami masih menunggu finalisasi untuk membantu penerbit itu memberikan insentif untuk penjualan buku-buku anggota IKAPI di e-commerce, marketplace.
Selain itu terkait pembajakan, Kemenparekraf berencana membantu menghubungkan penerbit ya dengan e-commerce. Salah satu tujuan pertemuannya untuk menanggulangi jumlah pembajakan. Tapi karena programnya belum dimulai ya belum kelihatan hasilnya.
Terkait isu pembajakan, apa temuan IKAPI dalam survei tersebut?
Konon banyak yang karena di rumah saja, kemudian membeli dari marketplace. Tapi kemudian bukunya itu adalah buku bajakan. Jadi lebih dari separuh anggota kami itu bilang bahwa mereka mengalami buku mereka dibajak, kemudian diedarkan lewat marketplace, termasuk juga yang buku digitalnya. Banyak juga penerbit buku yang melaporkan kemunculan PDF terbitan mereka yang tak diketahui dari mana sumbernya.
Berapa besar kerugian yang dialami penerbit akibat penjualan buku bajakan?
Yang pernah kita tanyakan ke anggota, ada 11 penerbit yang melaporkan terkait pembajakan buku fisik.
Banyak penerbit perguruan tinggi itu yang melaporkan bukunya dibajak, kemudian ketika kita minta berapa estimasi kerugian pada awal 2020 lalu. Dari 11 penerbit itu diperkirakan kerugian mencapai 100 miliar.
Tapi untuk PDF sharing di masa pandemi kami belum menghitung berapa kerugiannya.
Penjualan buku digital di sejumlah negara meningkat di masa pandemi. Apa penjualan buku digital di Indonesia juga mengalami hal yang sama?
Saya pernah mengikuti salah satu sesi diskusi yang diikuti oleh salah satu distributor buku digital. Dia bilang kenaikan penjualan antara Januari-Maret itu, naik mencapai 50 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Jadi ini memang merupakan alternatif atau solusi tutupnya toko buku.
Tapi kalau secara materi ya buat penerbit itu lebih menguntungkan buku cetak. kalau ditanya berapa kontribusinya buku digital itu ke penerbit, masih di bawah 10 persen. Relatif lebih sedikit, dibanding buku cetak.
Itu sebabnya buku digital ini perkembangannya agak lambat. padahal kan sudah cukup lama orang mulai masuk bisnis buku digital ini.
Melihat kondisi pandemi ini, bagaimana proyeksi IKAPI terkait kondisi industri perbukuan?
Ini seleksi alam ya. Ada yang bertahan, ada yang kreatif, ada yang memang bisa menghadapi disrupsi ini dengan baik ya mereka akan bertahan.
Adaptasi misalnya lewat digitalisasi bukunya, menggenjot penjualan buku fisik dengan menjual e-commerce misalnya di masa toko tutup ini. Bisa juga dengan menelpon relasi-relasi di pemerintahan dan perpustakaan milik pemerintah.
Jadi ada yang bertahan bisa melewati ini dengan baik, dan kembali bangkit, serta bisa kembali terbit lagi. Mungkin ada juga yang tumbang ya. Seberapa banyak yang tumbang, seberapa banyak yang akan survive ya saya enggak bisa meramalkan.
***
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona.
Yuk, bantu donasi untuk atasi dampak corona.