Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Kinerja Fundamental Saham BSI Solid, Target Price Diproyeksi Rp 3.400
14 Mei 2024 10:50 WIB
·
waktu baca 5 menitPT Bank Syariah Indonesia (BSI ) berhasil menjaga kinerja fundamental berjalan positif dan berkelanjutan. Saham bank bersandi BRIS tersebut mencapai target harga (target price) hingga Rp 3.400 dan analis merekomendasikan untuk dibeli.
Hal tersebut disampaikan oleh UBS Sekuritas Indonesia, Joshua Tanja dan Ivan Reynaldo Sutheja. Dalam hasil riset keduanya, disebutkan bahwa pertumbuhan kinerja berkelanjutan BSI sejak berdiri pada 2021 mendorong rekomendasi beli bagi bank berkode saham BRIS tersebut.
Joshua dan Ivan juga mengatakan, kehadiran BSI membawa pengaruh positif yang luar biasa terhadap sektor perbankan syariah di Indonesia yang berkembang pesat dan lebih menguntungkan. Perseroan berhasil mendorong peningkatan pangsa aset perbankan syariah di Indonesia hingga 8 persen.
Targetnya, angka tersebut akan naik pada 2026 seiring dengan bertambahnya populasi muslim di Tanah Air.
Sementara itu, sebagai bank syariah terbesar di Indonesia, BSI pun mendominasi aset perbankan syariah yang mencapai 42 persen pada 2023. Margin pembiayaan bersih BSI yang tinggi sebesar 5,9 persen, sebanding dengan empat bank besar (BMRI, BBRI, BBNI, dan BBCA) disebabkan oleh biaya dana yang ‘superior’.
“Ke depan, menurunnya inflasi tidak hanya memberikan ruang untuk penurunan suku bunga dan prospek pendapatan margin bersih (NIM) yang lebih baik untuk proyeksi 2025. Namun juga menunjukkan prospek kualitas aset yang lebih baik. Kami memulai dengan target harga Rp 3.400 berdasarkan estimasi PB 3,0 X pada 2025,” tulis riset tersebut.
Adapun rekomendasi harga itu merupakan target selama 12 bulan. Oleh karenanya, sekarang menjadi waktu yang tepat bagi masyarakat untuk membeli saham BRIS.
Head of Investor Relation BSI, Rizky Budinanda, menjelaskan, perseroan senantiasa menjaga konsistensi dalam memberikan manfaat bagi umat khususnya nasabah melalui kinerja berkelanjutan.
BSI juga selalu berkomitmen memberikan potential gain kepada investor atas investasi di saham BRIS.
“Saham BRIS ke depan merefleksikan prospek positif pertumbuhan kinerja berkelanjutan,” kata Rizky.
Kinerja BSI pada Kuartal I 2024
Pada saat yang sama, Rizky mengatakan, laba BSI hingga kuartal I/2024 terdorong pula fokus perseroan pada dana murah dan mampu menjaga intermediasi dengan baik. DPK BSI pun tumbuh pesat, yaitu 10,43 persen secara tahunan mencapai Rp 297 triliun yang didominasi oleh dana murah berupa tabungan wadiah dengan persentase mencapai 38 persen.
Tabungan Wadiah BSI atau tabungan tanpa margin tersebut tumbuh 10,38 persen YoY dengan jumlah nasabah mencapai 13,9 juta.
Selain itu, dana murah di BSI mayoritas merupakan tabungan yang tumbuh 8,75 persen yoy, lebih tinggi dari industri sehingga cost of fund dapat terjaga.
Pencapaian tersebut berhasil membawa posisi BSI berada di peringkat 5 terbesar secara nasional dari sisi tabungan. Selain itu, dari segi pembiayaan mampu menyalurkan Rp 247 triliun atau tumbuh 15,89 persen yoy. Dari jumlah itu, sebanyak 54,62 persen disalurkan pada segmen konsumer.
Hingga kuartal I/2024, aset BSI mencapai Rp 358 triliun tumbuh 14,25 persen atau tertinggi ke-3 di industri perbankan Tanah Air. Adapun Return On Asset (ROA) 2,51 persen, return on equity (ROE) 18,30 persen, dan financing to deposit ratio (FDR) sebesar 83,05 persen.
Sedangkan non-performing financing (NPF) gross 2,01 persen yang mencerminkan kualitas pembiayaan perseroan sangat terjaga dengan dengan level cost of credit di bawah 1 persen, hanya sebesar 0,88 persen.
Di sisi lain, cash coverage mencapai 196,61 persen hingga Maret 2024 yang merupakan inisiatif perusahaan untuk mencapai minimum threshold yang sebesar 200 persen.
“Kinerja tersebut menjadi salah satu indikator yang membuat kami optimistis akan diiringi pula dengan prospek saham BSI yang secara perlahan terus naik meski fluktuatif. Faktor fundamental yang kuat, rasio keuangan yang sehat, segmen konsumer ritel syariah yang terus diminati masyarakat, kami rasa akan diapresiasi dengan baik oleh investor di pasar modal,” lanjut Rizki.
BSI juga termasuk 6 bank posisi teratas dengan raihan terbaik di industri perbankan nasional setidaknya hingga 2023. Untuk aset, BSI berada di peringkat 6 yang sebesar Rp354 triliun atau bertumbuh 15,67 persen secara tahunan.
Dana murah berupa tabungan berada di peringkat 5 terbesar yang senilai Rp125 triliun bertumbuh 7,08 persen yoy. Pendapatan Operasional Sebelum Pencadangan atau pre-provisioning operating profit (PPOP) mencapai Rp10,21 triliun tumbuh 8,7 persen yoy.
Consumer financing sebesar Rp131 triliun bertumbuh 15,66 persen yoy. Net interest margin (NIM) 5,82 persen dan menjadi kedua teratas di industri perbankan. Sedangkan laba bersih mencapai Rp6 triliun atau berada di posisi ke-6 terbesar yang tumbuh 33,88 persen yoy.
Selain itu, cost of fund (CoF) ada pada peringkat kedua terkecil di industri perbankan nasional yaitu sebesar 2,64 persen.
"Hasil kinerja tersebut menegaskan BSI meski umurnya cukup muda mampu menjaga kinerja dan tumbuh berkelanjutan. Salah satunya terlihat dari cost of fund yang membuktikan BSI sangat efisien sehingga laba lebih optimal," tuturnya.
Wapres: BSI Dukung Pertumbuhan Sektor Keuangan Syariah di Tanah Air
Optimisme tersebut sejalan pula dengan keyakinan pemerintah terhadap pertumbuhan berkelanjutan dari industri perbankan syariah nasional.
Hal itu diungkapkan Wakil Presiden (Wapres) RI, Ma’ruf Amin, dalam acara Halal Bi Halal Perkumpulan Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) yang mengangkat tema “Konsolidasi Perbankan Syariah Mendukung Pertumbuhan Ekonomi Nasional yang Berkelanjutan” di Jakarta, Senin (13/5/2024).
Ia mengatakan, sektor keuangan syariah saat ini meningkat pesat. Seperti industri perbankan syariah, pasar modal syariah, asuransi syariah, hingga pegadaian syariah. Bahkan menunjukkan daya tahan dan pertumbuhan berkelanjutan, ketika menghadapi tekanan dan ketidakpastian global.
“Saya yakin, potensi sektor perbankan syariah ini masih jauh lebih besar. Untuk itu, mari memperkuat komitmen, sinergi dan jejaring, dalam mendorong pangsa pasar, pertumbuhan, dan kontribusi perbankan syariah di masa mendatang,” kata Ma'ruf.
Oleh karena itu, Ma'ruf berharap perbankan syariah dapat meningkatkan ketahanan dan daya saing industri. Caranya, dengan memprioritaskan kualitas tata kelola dan manajemen risiko.
Tak hanya itu, inovasi produk dan layanan yang menonjolkan keunikan dan diferensiasi harus terus dikembangkan dengan penguatan daya saing agar kontribusi lebih signifikan.
Artikel ini dibuat oleh kumparan Studio