Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Kisah Anak Rantau yang Harus Relakan Tidak Mudik karena Tiket Pesawat Mahal
28 November 2024 13:44 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Bagi banyak anak rantau , momen Natal dan Tahun Baru (Nataru) adalah saat yang sangat dinantikan untuk berkumpul dengan keluarga di kampung halaman. Namun, bagi beberapa anak rantau di Jakarta, keinginan untuk pulang harus terkendala harga tiket pesawat yang melonjak drastis. Mereka harus menunda atau bahkan mengubur impian mudik demi alasan yang lebih realistis keuangan.
ADVERTISEMENT
Nito, seorang karyawan swasta asal Makassar, sudah merencanakan untuk pulang ke kampung halaman saat Natal dan Tahun Baru. Namun, setelah memeriksa harga tiket pesawat , ia langsung merasa kesulitan.
"Harga tiketnya sangat tinggi, jauh lebih mahal dibandingkan tahun lalu," kata Nito kepada kumparan, Kamis (28/11).
Sebagai seorang karyawan dengan gaji yang terbatas, Nito merasa harus bijak dalam mengelola keuangan. Terutama dengan biaya hidup di Jakarta yang tak bisa dibilang murah.
"Memang saya ingin sekali pulang dan merayakan momen tersebut bersama keluarga, tapi saya harus memprioritaskan kebutuhan yang lebih penting," lanjutnya.
Nito memutuskan untuk merayakan Natal dan Tahun Baru di Jakarta bersama teman-teman sesama perantau. Meski begitu, ia mengakui kebersamaan dengan teman-teman tak bisa sepenuhnya menggantikan suasana perayaan di kampung halaman.
ADVERTISEMENT
Rina, yang juga bekerja sebagai karyawan swasta, memiliki cerita serupa. Ia sangat ingin pulang ke Yogyakarta untuk merayakan Natal bersama keluarga, sesuatu yang biasanya ia lakukan setiap tahun. Namun, kali ini harga tiket pesawat yang melonjak tajam membuatnya harus menunda niat tersebut.
"Harga tiket untuk sekali jalan bahkan hampir setara dengan penghasilan saya dalam satu bulan," ujar Rina dengan nada kecewa.
Dengan penghasilan yang terbatas dan berbagai tanggungan yang harus ia bayar, Rina merasa tidak ada pilihan lain selain tinggal di Jakarta. "Saya sempat berpikir untuk mencari tiket lebih murah, tapi semua maskapai dengan harga yang lebih terjangkau sudah habis terjual," tuturnya.
Natal, bagi Rina, adalah waktu yang sangat penting untuk berkumpul dengan keluarga. Namun, kenyataan harga tiket yang sangat mahal membuatnya harus merelakan momen tersebut.
ADVERTISEMENT
"Saya kecewa banget sih, karena Natal adalah saat yang sangat penting untuk berkumpul dengan keluarga," ungkapnya.
Meski tidak bisa pulang, Rina tetap merayakan Natal di Jakarta bersama teman-teman dari Yogyakarta yang juga merasakan hal yang sama.
“Saya tetap merayakan Natal di Jakarta bersama teman-teman dari Yogyakarta yang juga merasakan hal yang sama,” kata dia.
Tiket Turun Selama Nataru
Tingginya harga tiket pesawat direspons positif oleh pemerintah. Menko Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyebut pemerintah bakal menurunkan harga tiket pesawat sebesar 10 persen.
Kompensasi harga tiket pesawat ini berlaku untuk penerbangan selama masa libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025. AHY mengungkapkan, harga tiket bisa diturunkan berkat kolaborasi dengan Kementerian Perhubungan, Pertamina, Angkasa Pura hingga maskapai domestik.
ADVERTISEMENT
"Penurunan harga tiket untuk membantu masyarakat kita dan juga menggerakkan ekonomi termasuk pariwisata maka dari semua elemen tadi termasuk menurunkan biaya atau jasa di bandarudaraan termasuk juga avtur dan tentunya fuel surcharge maka bisa dikurangi harga tiket itu kurang lebih 10 persen," ujar AHY dalam keterangan resmi, Rabu (27/11).
AHY mengatakan, pengurangan harga tiket pesawat ini didorong oleh tiga intervensi penting, pertama potongan tarif jasa kebandarudaraan sebesar 50 persen. Kemudian diskon harga avtur sebesar 5,3 persen dari bulan sebelumnya, dan penurunan fuel surcharge untuk mesin jet sebesar 8 persen.
Intervensi ini mampu menekan harga tiket pesawat hingga 9,9 persen, setara dengan penghematan rata-rata Rp 157.500 per tiket.
Berdasarkan data Kemenko IPK, dampak kebijakan ini akan dirasakan oleh seluruh kategori penumpang, mulai dari layanan full-service hingga no-frills. Estimasi penghematan secara keseluruhan mencapai Rp 472,5 miliar selama masa liburan.
ADVERTISEMENT
“Kita harapkan bisa menjadi kabar baik buat masyarakat yang juga punya keluarga ingin liburan di akhir tahun. Mudah-mudahan ini juga bisa menggerakkan sektor ekonomi kreatif kita,” ujar AHY.