Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Kisah dari Blok Rokan Tak Cuma soal Minyak, Ada Desa Wisata dan Ikan Patin
27 Desember 2021 14:39 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
ADVERTISEMENT
Dapat mengunjungi wilayah kerja migas Blok Rokan, merupakan kesempatan istimewa bagi kumparan. Karena Blok Rokan merupakan 'legenda hidup' industri migas nasional.
ADVERTISEMENT
Dikatakan 'legenda hidup', karena keberadaan Blok Rokan sudah sangat panjang hampir seabad. Kontribusinya bagi produksi minyak nasional pernah mencapai puncak di 1973 dengan 1 juta barel per hari (bph).
Kini pun saat dikelola PT Pertamina Hulu Rokan (PHR), Blok Rokan masih tetap produktif. Menurut data per November 2021, sebanyak 11.265 sumur minyak Blok Rokan menggelontorkan produksi 162 ribu bph.
Sumur sebanyak itu tersebar di lima kabupaten yang masuk wilayah Blok Rokan. Yakni Siak, Bengkalis, Rokan Hulu, Rokan Hilir, dan Kampar. Selama dua hari pada 21-22 Desember 2021 menjelajah wilayah kerja Blok Rokan, tentu jadi pengalaman melelahkan sekaligus mengesankan.
Pada hari ke-3 yakni 23 Desember 2021, PHR mengajak media termasuk kumparan, mengunjungi kiprah anak usaha BUMN PT Pertamina (Persero) itu di luar urusan soal minyak. Kisah dari Blok Rokan, ternyata tak melulu soal minyak. Di sebuah desa di Kabupaten Kampar, ada desa wisata dan usaha perikanan patin binaan PHR.
ADVERTISEMENT
"Jadi di desa wisata itu, ada pemandangan seperti Raja Ampat. Ada pulau-pulau kecil di tengah danau," kata Okta Heri Fandi dengan nada berpromosi. Okta salah seorang dari PHR yang mendampingi kami sepanjang kegiatan kunjungan media ke Blok Rokan.
Sedikit lewat dari pukul 08.00 WIB, kamu pun berangkat ke Raja Ampat 'mini' seperti yang dikisahkan Okta. Setelah dua setengah jam perjalanan dari Pekanbaru, tibalah kami di Desa Koto Masjid. Letaknya persis di tepi jalan raya Riau-Sumbar yang berkelok-kelok, tak jauh dari PLTA Kota Panjang.
Sekitar sepuluh menit perjalanan sebelum perbatasan kedua provinsi, di sisi kiri ada perbukitan tinggi. Puncak Kompe, namanya. Tak jauh letaknya dari tepi jalan raya, ada jalan menanjak cukup curam. Di ujung tanjakan itulah Puncak Kompe berada.
ADVERTISEMENT
Layaknya puncak sebuah bukit, datarannya memang tak terlalu luas. Tapi pemandangan yang ditawarkannya menakjubkan dengan balutan udara sejuk perbukitan. Cukuplah membasuh lelah setelah diombang-ambing dua setengah jam perjalanan yang meliuk-liuk.
Danau luas menghampar di salah satu sisi Puncak Kompe. Ada pulau-pulau kecil yang dibilang Okta mirip Raja Ampat. Lokasinya sekitar 100 meter di bawah Puncak Kompe. Dengan posisi setinggi itu, panorama pandang yang bisa dinikmati pengunjung sangat luas.
Direktur Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Riau, Eni Sumiarsih, yang membantu PHR membina desa wisata itu menjelaskan, danau di bawah Puncak Kompe merupakan genangan bendungan PLTA Kota Panjang.
"Dulunya ada desa-desa, tapi pada 1999 direndam jadi bendungan PLTA Kota Panjang. Warganya direlokasi," ujar salah seorang warga setempat.
ADVERTISEMENT
Lokasi danau yang dilihat dari ketinggian itu, tentu saja jadi spot foto yang cantik buat pengunjung. Pada sisi sebaliknya, pengunjung bisa menikmati pemandangan perbukitan dari arah Riau. Termasuk jalan lintas Riau-Sumbar yang sebelumnya dilintasi.
Sebelumnya, Desa Koto Masjid terbilang kampung miskin. Sangat terbatas kegiatan ekonomi produktif yang bisa dijalankan warga di sana. Tapi sejak ada desa wisata, kegiatan ekonomi warga mulai menggeliat. Apalagi ada pembinaan dari BUMN seperti Telkom Indonesia, PLN, dan kini PT Pertamina Hulu Rokan (PHR).
Saat kumparan mengunjungi Puncak Kompe, masih terpasang spanduk sambutan bagi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno di bagian pintu masuk. Destinasi wisata ini, ternyata baru dikunjungi Sandi pada September 2021 lalu.
ADVERTISEMENT
Tak jauh dari Puncak Kompe, masih masuk wilayah Desa Kota Masjid, PHR juga punya binaan usaha budi daya dan pengolahan ikan patin. Graha Pratama Fish, nama kelompok usaha itu.
Yang dilakukan segala kegiatan ekonomi terkait ikan patin. Cakupannya dari hulu ke hilir. Mulai dari produksi pakan ikan patin, pembenihan, budi daya, pemeliharaan, hingga berbagai produk olahan ikan patin.
"Total ada 400 kolam ikan patin di desa ini. Setiap rumah, pasti punya kolam," kata Ketua Graha Pratama Fish, Suhaemi, menjelaskan kegiatan ekonomi produktif warga. Suhaemi sendiri merupakan sarjana perikanan lulusan Universitas Riau.
Untuk memenuhi kebutuhan pakan dari kolam sebanyak itu, sebanyak 1 ton pakan per hari diproduksi sendiri oleh warga. Dengan usaha ikan patin yang dijalankan dari hulu ke hilir, bisa dibilang desa ini sudah mandiri secara ekonomi.
ADVERTISEMENT