Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
ADVERTISEMENT
“Awalnya sih ibu saya yang minta untuk ke financial planner. Ibu saya yang nyuruh, karena dulu kan anak band itu dianggap enggak bisa mengelola uang,” tutur musisi Giring Nidji, mengisahkan kepada kumparan, awal perkenalannya dengan dunia investasi.
ADVERTISEMENT
Pemilik nama lengkap Giring Ganesha itu, mengenang pengalaman pertamanya ber-investasi terjadi pada 2007. Saat itu usianya baru 24 tahun, masih belia dan generasi seusianya dikenal suka berfoya-foya. Apalagi di tengah kehidupan glamour sebagai musisi.
Atas desakan Sang Ibu, Giring pun menghubungi nama yang direkomendasikan kepadanya. “Financial planner yang mengajari berinvestasi itu adalah seorang Ibu Rumah Tangga (IRT), yang merupakan seorang trader. Tapi kapasitasnya tak diragukan layaknya profesional,” katanya dalam perbincangan dengan kumparan, beberapa waktu lalu.
Perjalanannya berguru, masih berlangsung hingga kini setelah 12 tahun. “Saya sih belajar sama orang trader gitu sih, dia orangnya hebat banget, padahal dia seorang ibu rumah tangga tapi dia trading for living lah. Jadi saya banyak nanyalah ke dia, banyak belajar,” sambungnya.
ADVERTISEMENT
Meski konsisten menimba ilmu dari trader berpengalaman, Giring mengaku investasinya tak selalu mulus dan membuahkan hasil. Dirinya sempat terguncang saat krisis keuangan 2008, membuat nilai saham koleksinya kacau-balau. Meski tak sampai rugi besar, ia mengaku belajar dari kejadian itu. Investasi tak bisa main-main, juga harus tetap perlu pemahaman dan pengetahuan yang cukup.
“Kan waktu itu masih muda, masih pengin nyoba ini, nyoba itu. Ya sudah kalau mau coba-coba tapi enggak baca-baca aturan keuangan dan lainnya, ya akhirnya sahamnya enggak (bergerak) ke mana-mana. Growth-nya kecil atau enggak, ya tiba-tiba rugi. Memang sebetulnya investasi di saham itu, harus banyak baca sih,” ujar Giring.
Pelajaran yang dia ambil yakni ketika harga saham sedang turun, maka saat itulah waktu tepat untuk membeli. Terlebih, tujuannya bukan untuk trading melainkan investasi. “Waktu itu pernah, invest di salah satu bank, terus 2008 sempat goyang. Krisislah ya, terus saham yang tadinya sudah ningkat dari angka segini segitu, tiba-tiba turun lagi. Tapi saya kan enggak nge-down karena barang bagus nih, ya mendingan saya tambah lagi aja, dan akhirnya saya tambah lagi,” kata dia.
ADVERTISEMENT
Hingga saat ini, suami dari Cynthia Riza itu rajin mengalokasikan dana setidaknya sebesar 10 persen untuk investasi . Dari anggaran itu, selain saham, ia pun juga menyisihkan dana ke instrumen reksa dana dan obligasi. Dari hasil investasinya itu, Giring mengaku sudah bisa mengalokasikan dananya untuk berbagai keperluan jangka panjang. Mulai dari keperluan pribadi hingga masa depan anak-anaknya.
Dari Nasabah Jadi Profesional
Seperti Giring, mantan presenter dan Abang Jakarta 1997, Adrian Maulana, juga mulai berinvestasi di pasar modal pada 2007. Dia merupakan salah seorang nasabah perusahaan investasi lisensi Inggris di Indonesia, PT Schroders Investment Management Indonesia. Produk pertama yang dimilikinya adalah reksadana investasi saham.
Pengalaman pertamanya berinvestasi, memberikan imbal hasil yang lumayan besar hanya dalam waktu dua tahun. Hal ini yang mendorongnya terus konsisten menyisihkan sebagian uangnya untuk investasi. Penyandang gelar CFP atau Certified Financial Planner itu pun berbagi tips bagi pemula yang mau mulai berinvestasi.
ADVERTISEMENT
Yang penting buat pemula itu, “Belajar..belajar..belajar. Baca buku, riset, ikut seminar, diskusi, dan sebagainya. Jangan sekedar ikut-ikutan dalam investasi. Pelajari, pahami, sesuaikan dengan profil risiko dan tujuan investasi. Setelah itu barulah berinvestasi,” kata Adrian kepada kumparan, Kamis (9/1).
Setelah itu menurutnya, yang tidak kalah penting adalah memilih mitra profesional (manajer investasi) yang sudah teruji dalam bidang investasi, evaluasi secara berkala misalnya 6 bulan atau setahun sekali. “Terakhir konsisten dan disiplin dalam berinvestasi hingga waktu atau tujuan investasi tercapai.”
Terkait produk investasi unggulan di 2020 ini, Adrian berbagi pandangan pribadi. Menurutnya, sepanjang 2018-2019 adalah tahun yang kurang menguntungkan untuk aset saham pada umumnya. Sebaliknya, tahun yang baik sekali untuk aset pendapatan tetap seperti obligasi.
“Bagi investor ritel, instrumen seperti reksadana pendapatan tetap, ORI, Sukuk bisa dijadikan pertimbangan dalam portofolio di 2020 ini,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Yang menarik, dari awalnya sebagai nasabah Schroders, kini Adrian berkiprah menjadi profesional di perusahaan itu. Sejak 2016, dia dipercaya menjabat Senior Vice President Intermediary Business, yang membawahi bank dan asuransi sebagai agen.
Kiprah suami dari Dessy Lisanty di bisnis investasi , tak cuma bermodal popularitasnya sebagai pesohor dan latar belakangnya sebagai nasabah. Adrian mengaku belajar secara khusus, hingga meraih gelar Certified Financial Planner (CFP).