Kisah Zhang Hongchao, Pendiri Mixue yang Gerainya Kini Menjamur di Indonesia

3 Januari 2023 7:50 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Toko Ice cream mixue. Foto: Arief Syauqi/shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Toko Ice cream mixue. Foto: Arief Syauqi/shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Minuman manis Mixue lagi viral di Indonesia. Gerainya ada di mana-mana. Saking banyaknya, Mixue disebut seperti Indomaret dan Alfamart yang menjamur di berbagai daerah.
ADVERTISEMENT
Di setiap gerai Mixue, selalu tertulis 'Since 1997' dengan ikon khasnya, boneka putih berjubah merah sambil memegang tongkat es krim. Ya, es krim memang menjadi salah satu minuman andalan Mixue selain teh.
Sesuai tulisan tahun yang tertera di setiap gerai, Mixue berdiri sejak 1997 di negara asalnya, China. Pendirinya adalah Zhang Hongchao.
Meski sekarang Mixue punya banyak gerai, bisnis ini dimulai Hongchao dari nol. Mahasiswa Universitas Henan, China, membuat Mixue dalam bentuk es serut yang dia jual dalam kios sederhana untuk meringankan beban biaya keluarganya di Zhengzhou, Henan.
Modal yang digunakan untuk memulai usaha es serut Mixue dari uang yang dikumpulkan selama kerja paruh waktu dan pinjaman sang nenek. Saat itu, nenek Hongchao meminjamkan uang ke sang cucu sekitar 4.000 RMB (setara USD 483 pada tahun itu).
ADVERTISEMENT
Karena modal awal yang terbatas, gerai Mixue pertama sangat sederhana. Hanya lemari es, beberapa bangku, dan meja lipat. Bahkan mesin untuk memproduksi es serut dirakit oleh Hongchao dengan membeli motor, turntable, dan cutter. Produk utama toko ini juga sangat unik, terutama es serut, es krim, dan smoothie. Setelah bisnis berangsur-angsur membaik, dia mulai menjual teh susu di gerainya.
Dengan bisnis ini, Zhang Hongchao dapat menghasilkan lebih dari 100 RMB per hari. Namun masalah mulai datang saat musim dingin tiba. Jualannya tak laku yang berujung pada toko ditutup.
Zhang Hongchao tidak patah semangat, setelah 1 tahun dia membuka toko kedua dan mengubah nama toko menjadi Mixue Bingcheng. Artinya, kastil es yang dibangun dengan salju yang manis.
ADVERTISEMENT
Setelah itu, Zhang Hongchao juga membuka restoran China dan Barat, restoran masakan rumahan bekerja sama dengan yang lain. Tapi karena berbagai alasan, usahanya gagal beroperasi. Kisah jatuh bangunnya ini bahkan diabadikan dalam bentuk komik strip di situs resmi Mixue Bingcheng.

Jatuh Bangun Bisnis Mixue

Inspirasi jualan es serut Mixue muncul dari minuman dari Jepang yang berbentuk kerucut. Pada 2006, es seperti itu banyak ditemui di kampung halamannya.
Pada 2008, ada Olimpiade Beijing. Gelaran olaharga ini membuat harga es serut naik hingga 10 kali lipat karena laris manis. Cuan inilah yang dilihat Zhang Hongchao menjadi peluang bisnis baginya di masa mendatang.
Dia mulai mempelajari resep es krim di restorannya dan akhirnya menentukan perbandingan berbagai bahan. Jadi dia membuka toko es krim di sebelah restoran dan tetap menggunakan nama Mixue Bingcheng.
ADVERTISEMENT
Dengan telaten, Zhang membuat perhitungan berdasarkan biaya dan akhirnya menetapkan harga es krim sebesar 2 RMB, ketika toko lain menjual sekitar 10 RMB. Bisnisnya berkembang pesat sejak toko dibuka dan sering terjadi antrean panjang di depan pintu.
Pada 2007, banyak orang ingin membuka gerai Mixue. Zhang pun membuka bisnis waralabanya. Lusinan gerai mulai dibuka di Henan. Semakin moncer, setahun berikutnya Mixue Bingcheng secara resmi didirikan sebagai sebuah perusahaan, dan jumlah toko waralaba lebih dari 180.
Namun masalah kedua datang lagi. Kali ini soal kandungan aditif susu merebak. Menyeret pemasok bahan baku Mixue Bingcheng. Saat itu, Mixue Bingcheng masih merupakan bisnis keluarga, perusahaan tersebut pada dasarnya adalah kerabat Zhang Hongchao, sulit dikelola.
Produk Mixue. Foto: @mixueindonesia
Masalah rantai pasokan dan bisnis keluarga ini jadi pelajaran penting bagi Zhang Hongchao. Dia memutuskan menggaet manajer profesional agar bisnis berjalan dengan benar.
ADVERTISEMENT
Pada 2010, Mixue Bingcheng memilih untuk bekerja sama dengan Zhengzhou Baodao Trading Co., Ltd. untuk mengembangkan waralaba di seluruh negeri, yang semakin meningkatkan visibilitas dan pengaruh perusahaannya.
Dua tahun berikutnya, Mixue Bingcheng mulai membangun pusat litbang modern dan pabrik pusatnya untuk menyiapkan rantai pasokan sendiri agar tak bergantung pada pemasok lain.
Pada 2014, perusahaan mendirikan pusat logistik di Kota Jiaozuo, Provinsi Henan, mengirimkan materi gratis untuk waralaba ke seluruh negeri. Dengan pusat pergudangan dan logistiknya sendiri, siklus transit Mixue Bingcheng telah dipersingkat dan biaya inventaris serta biaya penyimpanan telah dikurangi. Ini menjadikannya merek minuman pertama di China yang pengiriman logistiknya gratis.
Mixue BingCheng juga membuka jalur pengadaan bahan baku, langsung dan area produksi teh, pabrik produksi bahan baku. Biaya bahan bakunya sekitar 20 persen lebih rendah daripada rekan-rekannya, yang membuatnya lebih kompetitif.
ADVERTISEMENT
Pada saat yang sama, Mixue Bingcheng juga memberikan puluhan juta pinjaman tanpa bunga kepada pewaralaba setiap tahun untuk menyelesaikan masalah keuangan mereka saat membuka toko baru.

Ekspansi ke Luar Negeri

Produk Mixue. Foto: @mixueindonesia
Di tahun-tahun berikutnya, merek Mixue Bingcheng mulai melesat bahkan bisa ekspansi ke luar negeri. Pada 2018, Mixue mulai masuk ke pasar Vietnam. Gerai pertamanya di luar negeri ada di Hanoi.
Pada tahun yang sama, Mixue Bingcheng secara resmi meluncurkan citra merek virtualnya, Snow King. Saat ini, jumlah tokonya telah melebihi 5.000. Semakin pesat, pada 2019, jumlah toko Mixue Bingcheng melebihi 7.000.
Pada Juni 2020, Mixue Bingcheng memiliki lebih dari 10.000 toko di China. Merek minuman teh pertama yang melebihi 10.000 toko di negara tersebut.
ADVERTISEMENT
Di tahun yang sama, "Lagu Tema Mixue Bingcheng" mulai diputar secara bersamaan di TV di toko offline nasional.
Pada 3 Juni 2021, lagu tema dirilis di platform Bilibili dan Tik Tok, dan memulai "Jalan Menuju Ledakan Internet". Di Weibo, Bilibili, Tik Tok, dan platform lainnya, pemutaran kumulatif lagu tema dengan cepat melebihi 2 miliar. Versi Jepang, versi Rusia, versi Rap, dan versi lagu lainnya keluar satu demi satu.