Komitmen Pendanaan JETP USD 20 M Disebut Kecil, Berapa Idealnya?

3 Agustus 2023 13:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Diskusi publik risiko dan tantangan JETP Indonesia, di Kantor CSIS, Jakarta, Kamis (3/8/2023). Foto: Akbar Maulana/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Diskusi publik risiko dan tantangan JETP Indonesia, di Kantor CSIS, Jakarta, Kamis (3/8/2023). Foto: Akbar Maulana/kumparan
ADVERTISEMENT
Institute for Essential Services Reform (IESR), menilai komitmen pendanaan USD 20 miliar yang didapatkan Indonesia melui Joint Statement Just Energi Transition Partnership (JETP) terlalu kecil. Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa, mengatakan untuk mencapai target JETP, angka USD 20 miliar tidak akan cukup.
ADVERTISEMENT
Melalui JETP, Indonesia berkomitmen menurunkan emisi puncak gas rumah kaca (GRK) sampai pada 290 MT CO2 tahun 2030, mempercepat bauran energi terbarukan menjadi 34 persen tahun 2030, dan mencapai emisi nol bersih (Net Zero Emission, NZE) pada tahun 2050.
"Hitungan kami kita butuh paling tidak 2030 itu USD 130 miliar total investasi untuk mencapai target JETP. Bagaimana mendapatkan dana ini? Ini tantangannya," kata Fabby di acara diskusi publik risiko dan tantangan JETP Indonesia, di Kantor CSIS, Jakarta, Kamis (3/8).
Apalagi, lanjut Fabby, pendanaan USD 20 miliar belum pasti karena dipersyaratkan hanya bagi proyek yang dinilai bankable. Sementara proyek pensiun dini PLTU masih mendapat rating merah dalam green taxonomi perbankan.
Dari komitmen pendanaan USD 20 miliar, pemerintah Indonesia bakal mendapatkan dana hibah senilai USD 160 juta atau sekitar Rp 2,39 triliun. Fabby menilai dana hibah ini juga tidak sesuai dengan kebutuhan yang lebih besar.
ADVERTISEMENT
"Yang menurut saya, kita butuh jauh lebih besar dari itu. Dalam beberapa kesempatan, saya katakan hibah JETP itu minimal USD 2 miliar. Untuk just transition program, untuk siapkan proyek pipeline, untuk policy reform dan lain-lain," kata dia.
"Jadi USD 160 juta it's a peanut. Apalagi kalau kita tahu dengar-dengar itu duitnya bukan fresh money tapi recycle dari eksisting program yang ada di Indonesia. Jadi itu enggak match dengan kebutuhan JETP," pungkas Fabby.
Pada kesempatan yang sama, EVP Perencanaan Sistem Ketenagalistrikan PLN, Warsono, mengatakan kebutuhan investasi PLN untuk transformasi energi bersih hingga 2030 mencapai USD 130 miliar, sehingga tidak cukup hanya mengandalkan dari pendanaan JETP semata.
"Kebutuhan kita sampai 2030 itu bisa sampai USD 130 miliar. Artinya kebutuhan yang akan dipenuhi oleh JETP, katakan lah komitmen USD 20 miliar itu hanya jadi salah satu pendukung saja. Kita perlu platform lain, termasuk pendanaan dari dalam negeri menurut kami juga sangat penting," kata Warsono.
ADVERTISEMENT