Kondisi Domestik-Global Menantang, Makan Bergizi Gratis Bisa Kerek Perekonomian?

13 Februari 2025 13:02 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah siswa menyantap makanan program Makan Bergizi Gratis di Pulo Gadung, Jakarta Timur, Senin (3/2/2025). Foto: BPMI Setpres
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah siswa menyantap makanan program Makan Bergizi Gratis di Pulo Gadung, Jakarta Timur, Senin (3/2/2025). Foto: BPMI Setpres
ADVERTISEMENT
Ketidakpastian ekonomi global dan tekanan domestik semakin menantang stabilitas ekonomi Indonesia.
ADVERTISEMENT
Menteri Keuangan sekaligus Ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) Sri Mulyani menyoroti divergensi pertumbuhan ekonomi global yang mempengaruhi pasar keuangan. Saat ini, Eropa dan Jepang tengah mengalami pelemahan ekonomi, sementara China dan Amerika Serikat (AS) menunjukkan pertumbuhan positif.
“Di bulan Januari 2025, pertumbuhan ekonomi Tiongkok agak sedikit berakselerasi menjadi 5,4 persen year on year untuk triwulan keempat 2024. Ini perkembangan positif,” kata Sri Mulyani beberapa waktu lalu.
Namun, ia menekankan, kebijakan fiskal dan moneter AS, termasuk dampak tarif serta tingkat suku bunga Federal Reserve, berpotensi menahan proses disinflasi global. Kondisi ini dapat mempengaruhi nilai tukar mata uang negara lain, termasuk Indonesia, yang menghadapi tekanan terhadap stabilitas keuangan dan daya beli masyarakat.
ADVERTISEMENT
Di tengah tantangan ekonomi ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan dukungannya terhadap program Makan Bergizi Gratis sebagai bagian dari strategi meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengatakan, sektor jasa keuangan diarahkan untuk mendukung program ini dengan menyediakan akses pembiayaan bagi petani, UMKM, serta pengembangan produk asuransi parametrik guna memperkuat ketahanan pangan.
"Kami mengarahkan sektor jasa keuangan mengambil peran untuk mendorong pertumbuhan, mengingat keterbatasan kapasitas anggaran pemerintah," kata Mahendra.
Ia menambahkan, kolaborasi antara OJK daerah, pemerintah daerah, dan pemangku kepentingan lainnya akan diperkuat untuk membangun ekosistem pembiayaan yang mendukung ketahanan pangan dan rantai pasok nasional.
Ketua Dewan Pengawas Indonesian Business Council (IBC) Arsjad Rasjid menilai, program Makan Bergizi Gratis bukan sekadar bantuan sosial, tetapi juga memiliki dampak luas terhadap berbagai sektor, termasuk industri pangan, pendidikan, dan pengelolaan bonus demografi.
ADVERTISEMENT
“Itu dampaknya besar lho. Kenapa? Beliau (Presiden Prabowo) mengeluarkan itu untuk beberapa hal. Satu, mencapai kesehatan. Kedua, pendidikan. Dan me-manage mengenai bonus demografi kita,” kata Arsjad.
Arsjad juga menyoroti efisiensi anggaran pemerintah sebesar Rp 306,69 triliun pada 2025, yang membuka peluang bagi investasi swasta untuk berkontribusi dalam pembangunan nasional, termasuk sektor pangan dan infrastruktur pendukung.
"Dengan efisiensi anggaran ini, dunia usaha memiliki kesempatan lebih besar untuk berpartisipasi dalam membangun ekosistem ekonomi yang lebih berkelanjutan," ungkapnya.