Konflik Iran-Israel Buat Kacau Industri Penerbangan, Rute Eropa & Asia Terganggu

15 April 2024 15:07 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
United Airlines. Foto: REUTERS/Louis Nastro
zoom-in-whitePerbesar
United Airlines. Foto: REUTERS/Louis Nastro
ADVERTISEMENT
Konflik yang terjadi di Iran dan Israel mulai berimbas ke sektor penerbangan. Beberapa maskapai penerbangan global melakukan perubahan hingga pembatalan rute antara Eropa dan Asia.
ADVERTISEMENT
Dilansir Reuters, Senin (15/4), serangan Iran terhadap Israel dengan lebih dari 300 rudal dan drone, yang sebagian besar ditembak jatuh oleh sistem pertahanan rudal Israel yang didukung AS, menyebabkan kekacauan dalam industri penerbangan.
Setidaknya lebih dari sepuluh maskapai penerbangan harus membatalkan atau mengubah rute penerbangan selama dua hari terakhir, termasuk Qantas (QAN.AX), Lufthansa Jerman (LHAG.DE), United Airlines (UAL.O) dan Air India.
Menurut Mark Zee, pendiri OPSGROUP, yang memantau wilayah udara dan bandara, gangguan tersebut merupakan yang terbesar pada sektor penerbangan sejak serangan World Trade Center pada 11 September 2001.
“Sejak saat itu, kita belum pernah menghadapi situasi banyak wilayah udara ditutup secara berurutan, dan hal ini menciptakan kekacauan,” kata Zee.
ADVERTISEMENT
Ia juga memprediksi, gangguan pada sektor penerbangan akan berlangsung selama beberapa hari ke depan. Menurutnya, masalah perubahan rute merupakan tekanan baru bagi industri maskapai yang sebelumnya juga menghadapi pembatasan akibat konflik antara Israel dan Hamas, serta Rusia dan Ukraina.
Wilayah udara Iran digunakan oleh maskapai penerbangan yang melakukan perjalanan antara Eropa dan Asia. Zee menjelaskan, maskapai memiliki keterbatasan rute alternatif yang bisa dilalui antara Turki, Mesir, dan Arab Saudi.
Israel menutup wilayah udaranya sejak Sabtu (13/4), sebelum membukanya kembali pada Minggu (14/4) pagi. Yordania, Irak, dan Lebanon saat ini mulai melanjutkan penerbangan di wilayah mereka.
Maskapai penerbangan besar Timur Tengah, termasuk Emirates Airlines, Qatar Airways dan Etihad Airways, mengatakan pada hari Minggu bahwa mereka akan melanjutkan operasi di wilayah tersebut setelah membatalkan atau mengubah rute beberapa penerbangan.
ADVERTISEMENT
Analis penerbangan independen, Brendan Sobie, belum bisa memprediksi dampak konflik Iran-Israel terhadap permintaan penumpang. Namun menurutnya, permintaan penumpang bisa menurun jika situasi semakin memanas.
“Jika situasi politik dan konflik terus meningkat maka suatu saat masyarakat akan khawatir untuk bepergian, namun sejauh ini hal tersebut belum terjadi,” kata Sobie.